Sabtu, 20 Agustus 2011

Semoga sukses!!

Minggu minggu sebelum Welcome Party, seorang anggota kita, Sandra (Lucia Sandra) berangkat ke Bandung buat lanjutin studinya di Universitas Parahyangan. Yah, sedih sih kekurangan tenaga pembantu buat welpar haha. Good luck ya Sandra!! Semoga sukses di kampus barunye ehehe, jangan lupa kalo pulang bawa oleh oleh :p

Lalu ada berita dari temen kita dari Bandung, Steven, yg sempet ngesel beberapa kali di sel St. Agustinus II. Dia mau student exchange ke Amerika, dan katanya dia kangen sama sel kita, katanya nanti kalo balik ke Tangerang mau mampir ke sel kita hehe. Okedeh pen, sama kayak Sandra, kita tunggu oleh olehnya!! haha tapi double yaa, yg dari Amrik sama dari Bandung :P

nah temen temen, ayo kita doain semoga Sandra dan Steven sukses kedepannya :D

Jumat, 19 Agustus 2011

Senin, 01 Agustus 2011

WELCOME PARTY


http://www.facebook.com/event.php?eid=173868292681849


Time
07 August · 09:30 - 12:30

Location
Aula Serbaguna lt.4 Rs Omni Internasional, Alam Sutera

Created by:

ForWelcome Party Tangerang 2011

More info
contact person: Tasha (085695396913) or Haris (087771770050)

Kamis, 07 Juli 2011

7 Juli - Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5; Mat 10:7-15

"Seorang pekerja patut mendapat upahnya"
(Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5; Mat 10:7-15)
" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.  Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.  Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.  Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.  Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.  Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 107-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga adalah "learning to do", yang berarti belajar untuk berbuat atau bekerja. Maka baiklah ajakan ini hendaknya direnungkan atau direfleksikan serta kemudian dihayati oleh para pekerja, entah pekerjaan apapun atau apapun yang harus dikerjakan. Ajakan tersebut secara lain dapat dikatakan 'bekerja agar terampil bekerja', bukan bekerja demi uang atau imbal jasa/gaji, meskipun kita juga membutuhkan gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi atau keluarga kita. Maka apapun yang harus kita kerjakan hendaknya dikerjakan sebaik atau seoptimal mungkin, tenu saja pekerjaan yang baik. Ingatlah dan sadari bahwa yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini maupun mendatang, termasuk perusahaan-perusahaan apapun, adalah keterampilan bukan ijasah. Anda kiranya dapat melihat dan memperhatikan para 'entepreneur' yang tanpa ijazah namun sukses dalam usahanya berkat kerja keras yang tak kenal lelah serta keterbukaan terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan. Kami berharap sikap mental 'bekerja agar terampil bekerja' ini ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret para orangtua, serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. "The man behind the gun" ( =manusia dibalik senjata atau alat), itulah kata sebuah motto, yang meningatkan kita agar lebih mementingkan manusia daripada alat-alat atau sarana-prasarana. Didiklah dan binalah anak-anak memiliki sikap mental belajar terus-menerus dengan rendah hati dan kerja keras, agar kelak mereka siap sedia untuk melakukan apapun yang baik dan menyelamatkan meskipun berat dan penuh tantangan serta hambatan maupun masalah. Tuhan telah menganugerahi aneka rahmat dan bakat kepada kita, maka jangan disia-siakan rahmat atau bakat tersebut.
·   "Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku, dan janganlah bangkit amarahmu kepada hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri" (Kej 44:18), demikian kata Yehuda atas nama saudara-saudaranya kepada Yusuf, yang telah mereka buang, karena mereka tidak tahu bahwa yang dihadapan mereka adalah Yusuf adik mereka.  Yehuda adalah salah satu anak Iskak, yang tidak setuju bahwa Yusuf dibunuh, ketika saudara-saudaranya berniat membunuh Yusuf karena irihati. Ia berusaha menyelamatkan Yusuf, dan saat ini juga atas nama saudara-saudarannya dengan rendah hati mohon keselamatan dari Yusuf yang telah mereka buang. Penderitaan memang sering merupakan rahmat terselubung, dimana di dalam penderitaan kita diingatkan akan aneka kebaikan dan kemungkinan guna penyelamatan. Dalam penderitaan juga kita ditingatkan bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rapuh, penuh dengan dosa. Usaha Yehuda menyelamatkan Yusuf kiranya menjanjikan harapan yang membahagiakan; dari penderitaan lahirlah pengharapan, itulah kebenaran sejati. Dari kisah ini kiranya kita juga diingatkan untuk tidak malu dan ragu sebagai kakak minta tolong kepada adik, sebagai orangtua minta tolong pada orang muda, orang kaya minta tolong kepada orang miskin, dst.. , dan yang tak boleh ditinggalkan marilah kita belajar dari anak-anak perihal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kita juga diingatkan untuk berdoa bagi mereka yang telah berbuat baik kepada kita, meskipun kita tak tahu namanya serta dimana mereka berada.
"DiutusNyalah seorang mendahului mereka; Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saatnya firmanNya sudah genap dan janji Tuhan membenarkannya" (Mzm 105: 17-19)
Ign 7 Juli 2011
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

berdoa dalam dalam keterpurukan

Ya, Allah Tuhan, saat aku kehilangan hal-hal yang paling berharga dalam hidupku, seperti orang yang kucintai, pekerjaan, persahabatan, mimpi ataupun harapan-harapanku, sering kali itu melemahkanku, dan menimbilkan keraguan dalam diriku. bahkan akupun ragu terhadap orang-oarng yang kucintai, sahabat-sahabat bahkan akan cinta-Mu,
saat itu aku merasa begitu sendirian dan diabaikan, seakan-akan tidak ada yng perduli akan penderitaan dan perasaanku,
Apabila hidupku sedang baik, dantidak banyak masalah, aku tau hal itu tidak benar,
tetapi saat aku sedang jatuh, seakan akan ditinggalkan oleh-Mu, dan orang-orang lain.
bantulah agar aku dapat bersandar dalam kasih-Mu saja dan belajar untuk hidup dari cahaya kebenaran bukan cahaya kepalsuan kegelapan, bantulah agar aku benar-benar memahami bahwa di saat-saat aku kehilangan diri-Mu dan merasa kecewa, Engkau ya Allah Tuhan ku, tak pernah dan tak akan pernah meninggalkan diriku,

selamat berdoa^^

Kamis, 30 Juni 2011

29 Juni - HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk"
HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19
Kalau tinggal di rumah/komunitas terus menerus alias jarang bepergian dianggap tidak punya pekerjaan, sebaliknya kalau jarang di rumah alias senantiasa bepergian dianggap tidak krasan, itulah anggapan atau penilaian sementara orang terhadap yang jarang pergi dan selalu bepergian. Hari ini kita kenangkan dua tokoh Gereja Purba, Petrus dan Paulus, yang berbeda satu sama lain dalam hal kepribadian, tugas pelayanan/kesibukan. Petrus sebagai wakil Kristus, pemimpin Gereja Kristus, tinggal dan bertahta di Roma, sementara itu Paulus bepergian terus menerus, berkeliling dunia. Didalam Gereja kita kenal apa yang disebut hirarki dan karisma, yaitu mereka yang bertugas dalam kepemimpinan Gereja dan mereka yang terpanggil secara khusus untuk mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia, yang secara konkret adalah Paus/Uskup/Pastor Paroki dan Anggota Lembaga Hidup Bakti, yang memiliki karisma tertentu. Berbeda fungsi tetapi satu tugas perutusan, itulah yang terjadi, dan diharapkan perbedaan ini tidak menjadi hambatan melainkan merupakan kekuatan untuk bersama-sama mengemban tugas pengutusan dari Yesus dalam mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Petrus dan Paulus ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dalam hal bekerjasama menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan.
"Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu…Kenakanlah jubahmu dan ikutilah aku" (Kis 12:8)   
Kutipan di atas ini adalah kata malaikat kepada Petrus, yang di dalam penjara karena kesetiaan imannya, dan merupakan panggilan untuk membebaskan diri dari penjara. Kata-kata tersebut secara inklusif mengindikasikan bahwa itulah jati diri seorang pemimpin Gereja, yaitu: mengikat pinggang, mengenakan sepatu, mengenakan jubah dan mengikuti kehendak Allah. Perintah malaikat ini kiranya boleh menjadi petunjuk tugas panggilan segenap jajaran hirarki dari Paus sampai dengan Pastor Paroki beserta para pembantunya.  Maka baiklah saya akan merefleksikan secara sederhana apa yang diperintahkan oleh malaikat tersebut, dan mungkin berguna bagi para gembala umat:
1). Salah satu fungsi ikat pinggang adalah untuk memperindah penampilan tubuh, sehingga menarik dan mempesona bagi orang lain, maka diharapkan sepak terjang dan kehadiran para gembala dimanapun dan kapanpun senantiasa menarik dan mempesona orang lain, sehingga mereka juga tergerak untuk mendekat dan mengasihinya. Tentu saja yang diharapkan menarik dan mempesona dari para gembala bukan tubuh, melainkan cara hidup dan cara bertindak yang baik dan berbudi pekerti luhur, dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak para gembala diharapkan dapat menjadi teladan bagi umat Allah khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga umat Allah dan masyarakat tergerak semakin beriman, semakin suci.
2). Para gembala, khususnya paus dan para uskup pada umumnya kemana-mana bersepatu. Sepatu antara lain berfungsi untuk melindungi telapak kaki,  anggota tubuh yang paling bawah, agar tetap bersih dan aman serta sehat. Bolehlah kiranya kalau hal ini kita refleksikan sebagai opsi para gembala, yaitu senantiasa berpihak pada dan bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan maupun pernyataan para gembala yang menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina. Maka kami berharap kepada mereka yang berfungsi dalam kepemimpinan atau pelayanan umat Allah, di tingkat apapun, untuk senantiasa berpihak pada atau bersama dengan mereka yang miskin dan berkekurangan, agar mereka terangkat dari kemiskinan dan berkekurangannya serta kemudian hidup damai sejahtera baik lahir maupun batin.
3). Jubah adalah lambang kebesaran atau pakaian resmi dan pada umumnya pasti dipakai ketika sedang memimpin ibadat. Dengan kata lain hemat saya salah satu tugas gembala umat adalah pribadi yang  begitu penuh devosi kepada ibadat khususnya Perayaan Ekaristi, sebagai puncak ibadat Gereja Katolik. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan wafat dan kembangkitan Yesus, maka setiap kali merayakan atau berpartipasi dalam Perayaan Ekaristi berarti sekaligus memperbaharui janji baptis, yaitu 'hanya mengabdi Tuhan saja, serta menolak semua godaan setan'
4). "Hanya mengabdi Tuhan saja" kiranya identik dengan perintah untuk "mengikuti kehendak Tuhan".  Maka para gembala diharapkan sungguh taat dan setia pada kehendak Tuhan serta menjadi teladan bagi yang digembalakannya. Kehendak Tuhan antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik umat atau sesama manusia, maka selayaknya para gembala melayani umat atau sesama manusia agar mereka hidup bahagia dan damai sejahtera. Untuk itu para gembala diharapkan senantiasa siap sedia mendengarkan suka-duka umat dengan rendah hati, serta kemudian menanggapinya dengan sepenuh hati.
"Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya" (2Tim 4:17)     
Kutipan di atas ini kiranya merupakan kesaksian iman Paulus sebagai rasul agung yang berkeliling ke seluruh dunia, maka selayaknya menjadi permenungan atau refleksi bagi segenap anggota lembaga hidup bakti khususnya dan umat Allah pada umumnya, yang memiliki charisma untuk 'memberitakan Injil/kabar baik' kepada manusia seluruh dunia atau warga masyarakat sekitarnya. Maka perkenankan pertama-tama saya mengajak berrefleksi pada segenap anggota lembaga hidup bakti atau religius dan kemudian segenap umat Allah,  yang beriman kepada Yesus Kristus:
1). "Kerasulan semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat" (KHK kan 673). Dibaktikan berarti dipersembahkan atau disisihkan sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga para religius layak disebut sebagai sahabat-sahabat Tuhan. Cara hidup dan cara bertindaknya secara pribadi maupun hidup bersama dalam komunitas pada dirinya sendiri bersifat misioner, maka kami berharap komunitas-komunitas hidup bakti/membiara hendaknya sungguh mempesona, menarik dan memikat sehingga siapapun tergerak untuk mendekat dan mendatangi. Dengan kata lain komunitas biara hendaknya bercirikhas 'welcome'/selamat datang keapda siapapun. Agar jati diri dan panggilan ini terpelihara baik, maka hendaknya tidak melupakan hidup doa dan tobat. Dalam hal berdoa kami percaya komunitas bruder dan suster rajin dalam Ibadat Harian, maka kami berharap isi doa Ibadat Harian, mazmur maupun bacaan-bacaan singkat, sungguh diresapkan dalam hati, dicecap dalam-dalam. Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, maka kami berharap segenap religius senantiasa terbuka untuk mendengarkan aneka saran, kritik, nasihat, pujian dst.. dari siapapun sebagai wahana untuk memperbaharui diri terus menerus.
2). Kesaksian iman merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan tugas missioner, dan hemat kami hal ini lebih kena untuk direfleksikan segenap rekan awam, yang setiap hari berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi guna menghidupi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarganya. Anda, rekan-rekan awam yang demikian itu, menurut hemat saya merupakan ujung tombak karya missioner, pewartaan kabar baik. Maka kami berharap, entah dalam hidup di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja, anda dapat hidup dan bekerja sebaik mungkin, antara lain pada masa kini tidak melakukan korupsi sedikitpun, mengingat dan memperhatikan korupsi masih marak di sana-sini. Kesaksian dalam pengelolaan harta benda atau uang merupakan cara yang mendesak dan up to date untuk dihayati pada masa kini. Semoga anda , rekan-rekan awam dapat menjadi pioneer dalam pewartaan kabar baik bagi segenap warga masyarakat.
"Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepadaNya tetap dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah, biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarkannya dan bersuka-cita' (Mzm 34: 2-3)
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Rabu, 29 Juni 2011

30 Juni - Kej 22:1-19; Mat 9:1-8)

"Mengapa kamu memikirkan hal jahat di dalam hatimu?"
(Kej 22:1-19; Mat 9:1-8)
" Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.  Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni."  Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."  Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itupun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia." (Mat 9:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Irihati memang dapat berbuahkan pikiran jahat dalam hati, itulah yang terjadi dalam diri ahli-ahli Taurat ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh dengan mengampuni dosanya. Para ahli Taurat kiranya tak mampu melakukan hal itu, maka dalam hati mereka menuduh Yesus 'menghujat Allah', karena mereka juga tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Baiklah kami mengajak kita semua untuk mawas diri apakah kita juga sering berpikiran jahat ketika ada orang melakukan apa yang baik, sementara kita sendiri malas melakukannya. Yesus datang ke dunia untuk mengampuni dosa manusia, maka marilah kita, yang beriman kepadaNya, meneladanNya. Jika masing-masing dari kita dengan jujur mawas diri kiranya akan mengetahui dan menyadari bahwa kita adalah pendosa yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita, terutama orangtua kita masing-masing. Ketika kita bersalah dibiarkan saja alias diampuni, maka selayaknya kita kemudian memuliakan Allah sebagaimana dilakukan orang banyak setelah melihat si lumpuh dapat berjalan karena kasih pengampunan Allah. Kasih pengampunan memang dapat membuat mereka yang lumpuh dapat berjalan normal. Marilah lumpuh ini tidak hanya kita fahami sacara phisik melulu, tetapi juga secara social, emosional maupun spiritual,  misalnya mereka yang lesu, loyo, frustrasi, takut, ragu-ragu dst..  Hemat saya mereka menjadi demikian itu karena kurang kasih pengampunan, maka marilah kita salurkan kasih pengampunan Allah kepada mereka itu. Ingatlah dan sadari bahwa tanaman atau binatang dapat hidup, tumbuh dan berkembang karena perawatan atau pemeliharaan yang dijiwai oleh kasih pengampunan, maka selayaknya kita saling merawat dan memelihara dengan kasih pengampunan juga agar kita semua dapat berjalan normal, artinya fungsional dan optimal dalam lingkungan hidup sesuai dengan kemampuan, keterampilan, kesempatan dan kemungkinan yang ada.
·   "Jangan kau bunuh anak itu, dan jangan apa-apakan dia,  sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu" (Kej 22:12), demikian kata malaikat, utusan Allah, kepada Abraham, bapa umat beriman Anak adalah anugerah Allah, maka selayaknya kemudian dipersembahkan kembali kepada Allah, sesuai dengan kehendak Allah, itulah iman Abraham. Marilah kita meneladan bapa Abraham. Mungkin kita tidak akan menerima perintah Allah sebagaimana diperintahkan kepada Abraham, maka baiklah saya mengajak anda semua, khususnya para bapak-ibu atau orangtua, untuk 'mempersembahkan anak yang dianugerahkan Allah kepada Allah'. Secara konkret hal itu antara lain berarti hendaknya anak-anak dibina dan dididik agar tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, berbudi pekerti luhur, unggul dalam kehidupan moral. Akan menjadi apakah anak nanti ketika dewasa terserah kepada kehendak Allah atau panggilan Allah, dan sekiranya mereka terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya dengan rela dan tulus hati mendukungnya sebagaimana dilakukan oleh Abraham. Sekiranya ia mau hidup berkeluarga, dukunglah agar menjadi suami-isteri yang senantiasa berbakti kepada Allah. Ingatlah dan hayati bahwa anak diciptakan atau diadakan dalam dan oleh kasih serta kebebasan, maka hendaknya anak dididik dan didampingi terus menerus dalam kasih dan kebebasan, maka kami berharap para orangtua tidak dengan mudah memproyeksikan diri begitu saja kepada anak-anaknya, artinya orangtua sebagai pedagang atau pengusaha, maka anak-anak kelak juga harus menjadi pedagang atau pengusaha, dst..  Yang penting dan utama anak-anak kita didik dan bina sebaik mungkin, akan menjadi apakah mereka nanti terserah kepada kehendak Allah.
"Allah kita di sorga, Ia melakukan apa yang dikehendakiNya. Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia" (Mzm 115:3-4)

sumber :http://renunganimankatolik.blogspot.com/