Kamis, 30 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 31-12-2010

Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya"
(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yoh 1:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup membumi atau mendunia itulah kesibukan kita sehari-hari atau panggilan hidup kita. Sang Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia, telah datang ke tengah-tengah kita, dengan mengambil rupa manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Memang hanya orang yang sungguh beriman berani dan mampu mengimani bahwa bayi yang lahir di Betlekem itu adalah Penyelamat Dunia, datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya. Kita yang beriman kepadaNya diipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dengan rendah hati kita melepaskan kebesaran-kebesaran kita untuk menjadi sama dengan sesama manusia, lebih-lebih dengan mereka yang miskin dan berkekurangan.Kita harus berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ikhwal duniawi, maka hendaknya juga tidak malu untuk mengerjakan hal-hal sederhana seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan lantai/WC, dst… Mengapa? Karena ketika kita terbiasa untuk mengerjakan hal-hal yang sederhana tersebut kiranya kita tak akan malu lagi untuk sungguh hidup membumi atau mendunia  dan kita tahu akan aneka macam kebutuhan pokok sehari-hari setiap manusia. Untuk itu memang kita juga harus hidup sederhana untuk memberi kesaksian akan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia yang lahir atau datang dalam kemiskinan atau kesederhanaan luar biasa. Sore/malam ini kita semua merayakan pergantian tahun, dari tahun 2010 ke 2011, maka kami harapkan merayakan secara sederhana saja, tidak berfoya-foya. Semoga dengan pergantian tahun kita juga berani berubah terus menerus agar semakin layak menjadi 'anak-anak Allah', orang-orang yang selalu melaksanakan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari.

·   "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir" (1Yoh 2:18). "Antikristus" berarti orang yang tidak beriman kepada Yesus Kristus dan sering mengganggu atau mengacau hidup orang yang beriman kepada Yesus Kristus, antara lain orang atau kelompok yang fanatik, yang mempersulit pembangunan tempat ibadat. Aneh dan nyata: izin untuk mendirikan ruko, losmen atau hotel begitu mudah, padahal bangunan tersebut sering disalah-gunakan untuk makziat atau pelacuran, sedangkan membangun tempat ibadat dipersulit. Maka baiklah kita tidak terkejut jika untuk membangun tempat ibadat atau beribadat sering harus menghadapi aneka tantangan, mengingat dan  memeperhatikan kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia pun menghadapi tantangan dari saudara-saudari- Nya di Betlekem; mereka menolak dan tidak bersedia memberi penginapan kepada Maria yang akan melahirkan Penyelamat Dunia. Kedatangan Penyelamat Dunia mengarah ke akhir hidupNya di puncak kayu salib artinya kelahiranNya telah mengalami penderitaan. Dengan kata lain hendaknya tidak marah atau menggerutu ketika kita menghadapi aneka tantangan dan masalah dalam rangka merayakan atau mewujudkan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus. Memang untuk memperjuangkan dan menghayati kebenaran sejati tak akan terlepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang atas dusta dan kebohongan, kesederhanaan akan menang atas keserakahan. Semoga aneka tantangan, masalah dan hambatan menjadi wahana atau jalan bagi kita semua untuk semakin memperdalam dan meneguhkan iman kita.

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:11-13)
Jakarta, 31 Desember 2010

Rabu, 29 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 30-12-2010

"Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat"
(1Yoh 2:12-17; Luk 2:36-40)

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 2:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pendidikan anak hemat saya merupakan sesuatu yang penting dan utama, lebih daripada kegiatan atau usaha-usaha lainnya. Marilah kita didik anak-anak kita agar dapat tumbuh berkembang seperti Yesus, yaitu "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya". Pertama-tama hendaknya sejak dalam kandungan sampai usia balita anak diberi gizi yang memadai, karena masa-masa tersebut sangat menentukan masa depan pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Hendaknya anak disusui oleh ibunya secara memadai, dan menurut ahli gizi konon alangkah baiknya jika anak dapat menerima ASI paling tidak selama satu tahun. Untuk itu perlu diperhatikan gizi ibu atau calon ibu agar dapat menghasilkan ASI yang memadai bagi anaknya. Dalam proses pendidikan atau pendampingan selain agar anak sehat wal'afiat dan segar bugar secara phisik, hendaknya diusahakan agar anak semakin penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padanya, dengan kata lain agar anak semakin berbudi pekerti luhur, semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Dengan kata lain hendaknya dalam mendidik atau mendampingi anak-anak dengan tujuan agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik atau cerdas secara spiritual daripada pandai atau cerdas secara intelektual. Teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu dalam hidup dan bertindak baik dalam hidup sehari-hari mutlak dibutuhkan, karena keteladanan merupakan cara pertama dan utama dalam pendidikan atau pembinaan. Kami berharap juga kelak ada anak-anak yang tergerak atau terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster (kalau beragama katolik) atau menjadi pribadi yang sosial, senantiasa peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan.

·   "Semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1Yoh 2:16-17). Apa yang dikatakan oleh Yohanes ini tidak berarti kita tidak boleh mendunia, melainkan hendaknya jangan bersikap mental materialistis selama hidup di dunia ini. Hendaknya semakin kaya akan harta benda atau uang juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Kehendak Tuhan perihal harta benda atau uang adalah sebagai sarana untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan dalam hidup sehari-hari melalui sesama manusia, maka jika harta benda atau uang mengganggu tujuan tersebut hendaknya dibuang atau dimusnahkan. Yohanes juga mengingatkan kita perihal indera penglihatan atau mata, tentu saja bagi yang tidak buta. Cara hidup dan cara bertindak kita pada umumnya memang dimulai dengan penglihatan atau apa yang kita lihat. Melihat -> merasakan -> berpikir -> bersikap -> bertindak inilah kurang lebih kronologis cara bertindak. Dari melihat sampai bertindak  bagi orang yang jelas kepribadian atau jati dirinya hanya butuh waktu hitungan detik, artinya begitu melihat langsung bertindak. Sedangkan bagi orang yang tidak jelas kepribadiannya, tidak putih dan tidak hitam alias abu-abu, pada umumnya dari melihat sampai bertindak butuh waktu lama, karena harus merasa-rasakan dan berpikir. Kehendak Tuhan bagi kita semua adalah begitu melihat langsung bertindak, tentu saja tindakan yang menyelamatkan atau membahagiakan terutama keselamatan jiwa manusia. Kita semua mendambakan untuk hidup selamanya mulia di sorga bersama Tuhan setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka baiklah kita senantiasa setiap hari bersama dan bersatu dengan Tuhan alias berusaha untuk hidup baik, suci, tak bernoda atau tercela.

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!"
 (Mzm 96:7-9)
Jakarta, 30 Desember 2010    
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Senin, 20 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 21-12-2010

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan ".
(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

"Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:39-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan tokoh Elisabeth, yang pada usia tuanya mengandung anaknya sebagai berkat Tuhan yang luar biasa. Ketika Maria mendengar bahwa Elisabeth mengandung ia pun segera mengunjunginya untuk ikut bergembira, namun ketika Maria memberi salam kepada Elisabeth, ternyata Elisabeth pun tahu bahwa Maria juga telah mengandung Sang Penyelamat Dunia karena Roh Kudus. Elisabeth memberi salam pujian kepada Maria "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu". Maka perkenankan pada hari ini kami mengajak rekan-rekan perempuan, dan mungkin secara khusus kepada mereka yang sudah bersuami namun sampai kini belum dianugerahi anak. Entah telah dianugerahi anak atau belum kami harapkan rekan-rekan perempuan dapat menjadi penyalur berkat bagi orang lain, dan tentu saja jika bersuami secara khusus bagi suami dan anak-anaknya. Ingat bahwa anda sebagai perempuan memiliki rahim dan didalam rahim selama kurang lebih sembilan bulan tumbuh berkembang 'buah kasih' atau 'berkat Tuhan'. Bukankah anak pertama yang anda kandung dan lahirkan sungguh dihayati sebagai berkat atau rahmat Tuhan dengan penuh syukur dan terima kasih? Kelahiran anak pertama sungguh menjadi kegembiraan besar bagi anda dan suami anda serta saudara-saudari dan kenalan anda? Hendaknya pengalaman yang menggembirakan tersebut terus dikenang dan diperdalam, artinya dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, sehingga kehadiran anda dimanapun dan kapanpun dapat menjadi berkat Tuhan bagi sesama.. Kami juga berharap rekan-rekan perempuan untuk saling memuji satu sama lain di dalam hidup sehari-hari.

·   "Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi" (Kid 2:8-9) . Kutipan dari Kidung Agung ini kiranya cukup baik untuk menjadi permenungan bagi siapapun yang hidup saling mengasihi dan tentu saja secara khusus bagi suami-isteri yang telah saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. "Kekasihku", begitulah kiranya yang ada dalam hati anda masing-masing, para suami-isteri, saling memperlakukannya. Antar kekasih sejati pada umumnya saling terbuka satu sama lain, dan tiada sedikitpun yang disembunyikan, sebagaimana terjadi ketika sedang memadu kasih dalam hubungan seksual. Dalam keterbukaan satu sama lain saling menyambut dan memperlakukan dengan penuh mesra dan hangat, sehingga relasi berdua sungguh menggembirakan dan menggairahkan. Kami berharap pengalaman yang demikian dapat disebarluaskan dalam kehidupan bersama dimanapun dan kapanpun, tentu saja tidak secara phisik, namun lebih-lebih dan terutama secara spiritual rational. Ingatlah dan sadari serta kemudian hayati bahwa masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih', buah kasih, maka baiklah kita saling memperlakukan satu sama lain sebagai yang terkasih bertemu dengan yang terkasih. Memang untuk itu pertama-tama kita masing-masing harus menyadari dan menghayati sebagai yang terkasih, yang telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah melalui siapapun yang telah berbuat baik kepada kita, menyapa, menyentuh dan memperhatikan kita. Berani menghayati diri sebagai yang terkasih berarti kemudian hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih kepada sesamanya.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!... tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri" (Mzm 33:2-3.11-12)

Jakarta, 21 Desember 2010
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Minggu, 19 Desember 2010

firman harian 20 des 2010

"Jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
(Yes 7:10-14; Luk 1:26-38)

"Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia" (Luk 1:26-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam Warta Gembira hari ini ditampilkan tokoh Maria, seorang perawan yang suci dari Nazaret. Maria terpilih sebagai Bunda Penyelamat Dunia, yang mengandung dan melahirkan Penyelamat Dunia, karena Roh Kudus bukan karena hubungan seksual dengan laki-laki. Anda para gadis atau perawan kiranya dapat membayangkan betapa berat tanggungannya jika tiba-tiba hamil karena pergaulan seks bebas: malu dan ada kemungkinan diusir dari rumah dst…atau ditinggalkan oleh pacar yang menghamili. Secara manusiawi kiranya Maria mengalami hal itu, namun karena ia perawan suci ketika mengetahui bahwa kehamilannya karena Roh Kudus, maka dengan rendah hati ia menanggapi panggilan Tuhan lewat malaikatNya "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu". "Fiat voluntas tua", begitulah motto yang sering digunakan secara pribadi atau organisatoris dengan dambaan untuk meneladan Maria, teladan umat beriman. Kita semua juga dipanggil untuk meneladan Maria, yang dengan rendah hati siap sedia untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain jika kita berkehendak baik hendaknya segera diwujudkan kehendak tersebut, tanpa takut dan gentar terhadap aneka tantangan atau hambatan serta masalah yang menghadang.

·    "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel." (Yes 7:13-14), demikian kata Yesaya kepada bangsanya, saudara-saudarinya yang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia, Mesias. Bahwa Maria terpilih sebagai Bunda Penyelamat Dunia ternyata sudah lama diramalkan oleh para nabi, antara lain nabi Yesaya. Tanda kasih atau rahmat Tuhan atau mujizat itulah yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Tuhan hidup dan berkarya terus menerus dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya, antara lain menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan. Maka baiklah kita hayati dan imani bahwa semua pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi atau kita alami adalah anugerah atau karya Tuhan, dengan kata lain ada tanda kehadiran dan karya Tuhan yang begitu melimpah dalam kehidupan kita sehari-hari. "Imanuel" , yang berarti Tuhan beserta kita, itulah yang kita nanti-nantikan. Tuhan telah dan terus akan menyertai perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing antara lain melalui aneka macam perhatian, sapaan, sentuhan dan perlakuan orang lain kepada kita. Segala sesuatu yang dibuat orang lain pada kita adalah perwujudan penyertaan  Tuhan pada kita yang lemah dan rapuh ini. Secara khusus kami berharap kepada rekan-rekan perempuan yang sedang atau pernah mengandung 'buah kasih' dalam rahimnya, kami ajak untuk mengenangkan kembali betapa luhur, mulia dan indahnya karya kasih Tuhan melalui pertumbuhan dan perkembangan buah kasih, embriyo, dalam rahim anda. Maka kami berharap kepada anda semua yang pernah mengandung dan melahirkan anaknya untuk dapat menjadi saksi kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup sehari-hari.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia."
(Mzm 24:1-5)
 .    
Jakarta, 20 Desember 2010
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Sabtu, 18 Desember 2010

Minggu Adven IV

"Ia mengambil Maria sebagai isterinya tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya"
Mg Adven IV: Yes  7:10-14; Rm 1:1-7; Mat 1:18-24

Orangtua, pemimpin atau atasan sering dengan mudah menjanjikan sesuatu kepada anak-anaknya, anggota-anggotanya atau bawahan-bawahannya, tetapi sering janji tersebut tinggal janji artinya tidak ditepati atau dilaksanakan. Sebagai contoh konkret presiden RI menjanjikan untuk memberantas korupsi serta siap berada di garis depan dalam memberantas korupsi, namun hanya koruptor kelas teri yang dijadikan sasaran, sementara itu koruptor kelas kakap dibiarkan berkeliaran. Maklum koruptor kelas kakap pada umumnya melibatkan para pejabat, sehingga dengan dan melalui berbagai cara mereka dilindungi. Memang tidak mudah memberantas koruptor kelas kakap, namun jika koruptor kelas kakap dapat dibasmi kiranya damai sejahtera akan terjadi di bumi ini. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan pemenuhan janji Allah untuk mengutus Penyelamat Dunia, yaitu memilih Yusuf, anak Daud atau keturunan Daud, untuk "mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan dia Yesus". Tokoh Yusuf ditampilkan dalam Warta Gembira hari ini, maka marilah kita renungkan atau refleksikan tokoh Yusuf ini.

"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum" (Mat 1:19)

"Tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama(orang lain) di muka umum"  inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Menghayati dan menyebarkan hal ini kiranya sungguh mendesak dan up to date masa kini mengingat kebohongan dan pencemaran nama baik masih marak di sana-sini di dalam kehidupan bersama. Memiliki ketulusan hati berarti suci, bersih dan tiada noda atau dosa sedikitpun, maka rasanya hal itu sungguh berat bagi kita semua dan mungkin dapat dihitung dengan jari siapa yang sungguh tulus hati. Namun demikian marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk hidup dan bertindak dengan tulus hati dimanapun dan kapanpun. Tulus hati juga berarti jujur, yaitu "sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

Salah satu bentuk konkret ketulusan hati adalah tidak mau mencemarkan nama baik orang lain di muka umum kapan saja dan dimana saja. Banyak di antara kita suka ngrasani atau ngrumpi; pada umumnya berisi menjelek-jelekan orang lain atau membicarakan kekekurangan dan kelemahan orang lain, dan dengan demikian kekurangan atau kelemahan orang yang bersangkutan diperbesar. Membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain untuk bersendau-gurau atau pemuas nafsu pribadi hemat saya melanggar hak asasi manusia, melanggar cintakasih. Siapa yang suka ngrumpi atau ngrasani, laki-laki atau perempuan? Kaum laki-laki pada umumnya lebih jarang ngrumpi atau ngrasani, namun ketika ngrasani begitu keras sehingga banyak orang mendengar, sedangkan rekan perempuan pada umum ngrasani dengan pelan, telaten serta sering dengan mudah ngrumpi atau ngrasani, dengan kata lain laki-laki dan perempuan sama saja.

Ketulusan hati Yusuf juga dihayati dengan tidak bersetubuh dengan Maria, karena Maria mengandung dari Roh Kudus. Dengan rendah hati kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan laki-laki, entah yang sudah berkeluarga atau belum/tidak berkeluarga: hendaknya tidak dengan mudah bersetubuh dengan perempuan lain yang bukan isterinya atau pasangan hidupnya. Maklum laki-laki menyeleweng atau selingkuh satu atau dua kali belum ketahuan, tetapi kalau berkali-kali akan ketahuan juga, sedangkan rekan-rekan perempuan lebih-lebih yang belum berkeluarga alias masih gadis/perawan ketika berselingkuh sekali saja langsung dapat ketahuan, karena ada kemungkinan yang bersangkutan hamil atau paling tidak secara phisik telah jebol selaput daranya. Marilah kita saling menjaga ketulusan hati kita dalam hal seksual.

"Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus." (Rm 1:5-6)
Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita adalah milik Yesus Kristus, maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintahNya atau menghayati sabda-sabdaNya sebagaimana disharingkan oleh para penulis Kitab Suci. Kita juga dipanggil sebagai rasul atau utusan, yaitu 'menuntun semua bangsa'  untuk berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan adalah Penyelamat semua bangsa, membawa damai sejahtera bagi semua orang yang berkehendak baik, maka marilah kita mempersiapkan diri dengan mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga kita layak menjadi 'milik Yesus Kristus'.

"Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Ingat dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan, dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini karena kasih Tuhan. Masing-masing dari kita diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dan kiranya kasih mereka pun dihayati sebagai anugerah Tuhan juga. Karena hidup adalah milik Tuhan yang dianugerahkan kepada kita, maka segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan. Dengan kata lain sebagai 'milik Tuhan/Yesus Kristus' kita dipanggil hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih serta rendah hati.

Kerendahan hati juga dihayati oleh Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya, karena  "Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8). Apa yang kita miliki atau kuasai sampai saat ini marilah kita 'kosongkan', artinya kita fungsikan atau gunakan sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain secara konkret kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang sosial, tidak egois. Sosial berasal dari kata bahasa Latin 'socius' berarti teman atau sahabat, maka semakin memiliki aneka macam anugerah Tuhan diharapkan semakin banyak sahabat atau teman. Semakin kaya, semakin pandai/cerdas, semakin berkedudukan, semakin berpengalaman, semakin tua/tambah usia, hendaknya semakin rendah hati, bersyukur dan berterima kasih. Ingat pepatah "tua-tua keladi atau bulir padi semakin tua/berisi semakin menunduk'.

" TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

Sabtu, 11 Desember 2010

Mg Adven III

"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Mg Adven III : Yes 35:1-6a.10; Yak 5:7-10; Mat 11:2-11
Kedatangan seorang tokoh besar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara maupun beragama pada umumnya sungguh ditunggu-tunggu oleh banyak orang, seperti kedatangan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bulan lalu yang sempat tertunda-tunda akhirnya datang, meskipun tidak lebih dari 24 jam atau satu hari. Apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh Barack Obama jika datang di Indonesia sangat ditunggu-tunggu, apalagi oleh rekannya di masa kecil maupun mantan gurunya. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seorang tokoh besar pada umumnya mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak pada pendengarnya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal kedatangan Penyelamat Dunia, antara lain Yohanes Pembaptis, yang berada di penjara mengutus murid-muridnya untuk menanyakan apakah orang yang telah banyak berbuat baik bagi banyak orang, sehingga cukup banyak orang terpesona dan tertarik, adalah Penyelamat Dunia yang dinantikan. "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Mat 11: 3). Menanggapi pertanyaan ini Yesus pun menjawab dengan ajakan mereka melihat dan mendengarkan apa yang Ia kerjakan dan katakan, maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk melihat dan mendengarkan apa yang akan dikerjakan dan dikatakan oleh Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatanganNya. Marilah kita renungkan atau refleksikan.

"Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik."
(Mat 11:5)
   
Sang Penyelamat Dunia, yang kita tunggu-tunggu kedatanganNya antara lain akan membuka mata orang buta, membuat orang lumpuh berjalan, menyembuhkan orang sakit, membuka telinga orang agar dapat mendengarkan dengan baik, membangkitkan yang mati dan memberikan apa yang baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Alangkah baik dan indahnya jika yang menantikan kedatanganNya pada saat ini juga melakukan apa yang akan dilakukan oleh Penyelamat Dunia, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita telah melakukannya dan jika telah melakukannya marilah kita perdalam atau tingkatkan:
·  Membuka mata orang buta. Apa yang dimaksudkan dengan 'buta' disini kiranya tidak hanya secara phisik, namun lebih-lebih atau terutama secara spiritual. Buta secara spiritual yang kami maksudkan adalah orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yang gila akan harta benda/uang, jabatan/kedudukan/pangkat dan kehormatan duniawi. Mereka hanya berorientasi pada apa yang kelihatan dan tidak percaya kepada apa yang tak dapat dilihat dengan mata phisik ini. Baiklah mereka yang bersikap mental materialisitis atau duniawi ini kita ingatkan dan ajak untuk mengimani atau menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari dalam semua ciptaanNya di bumi ini, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kita ingatkan ajak untuk menghayati bahwa hidup serta segala sesuatu yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, dan tanpa Tuhan kita tidak dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana adanya saat ini.       
·  Membuat orang lumpuh berjalan. Marilah 'lumpuh' disini juga kita fahami secara spiritual, yang antara lain berarti orang yang 'mandheg/berhenti di tempat' alias bersikap mental 'quitter', tidak sampai 'camper' apalagi 'climber'. Kita ajak dan dorong mereka untuk berusaha bersikap mental 'ongoing education/formation', belajar sepanjang hayat. Untuk itu berarti orang harus memiliki sikap terbuka terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh berkembang terus menerus sampai mati.   
·  Menyembuhkan orang sakit. Marilah kita fahami 'sakit' disini lebih-lebih sakit hati atau sakit jiwa. Ciri-ciri orang sakit hati pada umumnya memiliki banyak musuh, mudah ngambek, dan tertutup; ia tidak menyadari kelemahan dan kerapuhan dirinya, mudah tersinggung dst..Sedangkan orang sakit jiwa pada umumnya  mudah marah-marah dan pada suatu saat ketika tidak kuat marah lagi menjadi sinthing alias gila. Menyembuhkan orang sakit hati dan sakit jiwa antara lain pertama-tama kita ajak untuk menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa, dan kemudian mohon kasih pengampunan Tuhan, sehingga ia menjadi orang beriman sejati, yaitu menyadari diri sebagai pendosa yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk mewartakan kabar baik.   
·  Membuka telinga orang tuli. Tuli secara spiritual berarti menutup diri; yang bersangkutan tidak mau tahu atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungan hidupnya, dengan kata lain yang bersangkutan kurang lebih bersifat egois, yang penting dan utama saya selamat, sedangkan orang lain terserah, begitulah sikapnya. Orang yang bersikap mental demikian kita ingatkan dan ajak untuk menyadari dan menghayati bahwa dirinya dapat hidup dan berkembang sebagaimana adanya saat ini tak terlepas dari kebaikan dan kemurahan hati Tuhan melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya. Kiranya yang bersangkutan tak mungkin menghitung berapa orang yang telah berbuat baik kepadanya. Maka kita ajak orang yang bersangkutan untuk terbuka dan dengan rela serta tulus hati berkorban bagi keselamatan atau kebahagiaan sesamanya.       
·  Membangkitkan yang loyo, frustrasi atau lesu Harapan itulah yang kita tawarkan kepada mereka yang loyo, frustrasi atau lesu, sesuai dengan semangat adven. Kita ingatkan mereka , sekiranya kurang diperhatikan oleh orang lain yang kemudian membuat dirinya frustrasi, loyo atau lesu, bahwa Tuhan tak pernah melupakan ciptaanNya, terutama manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.  
·  Membawa kabar baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Secara phisik apa yang baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan adalah harta benda atau uang, maka baiklah kepada mereka kita sumbangkan sebagian harta benda atau uang kita. Namun yang cukup sulit adalah membawa kabar baik bagi mereka yang miskin secara spiritual. Orang seperti Gayus, yang memanipulasi pajak, adalah contoh orang yang miskin secara  spiritual. Pendekatan secara phisik atau tatap muka mungkin sulit untuk menyadarkan atau menginsyafkan orang seperti Gayus, maka baiklah kita dekati juga secara spiritual, artinya kita doakan. Marilah di masa adven ini kita tingkatkan hidup doa kita.
Melaksanakan hal-hal tersebut di atas kiranya butuh kesabaran, maka baiklah kita renungkan sapaan atau peringatan Yakobus di bawah ini.

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! (Yak 5:7-8)
"Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kesabaran rasanya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan banyak orang tidak sabar, misalnya di jalanan, muda-mudi yang terjebak pergaualan seks bebas, dst.. Hendaknya kesabaran dibiasakan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua/bapak-ibu.

Berbahagialah orang yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung,TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya" (Mzm 146:7-10)

Jakarta, 12 Desember 2010
http://renunganimankatolik.blogspot.com/

FIRMAN HARIAN tgl 11-12-2010

"Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis."
(Sir 48:1-4.9-11; Mat 17:10-13)

"Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis." (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Nabi Elia adalah nabi besar pada zamannya dan sangat mengesan bagi umat yang percaya kepadanya, maka ketika tampil seseorang yang cukup besar namanya juga, yaitu Yohanes Pembaptis, umat bertanya-tanya apakah benar bahwa Elia telah datang kembali. Menanggapi pertanyaan tersebut Yesus, dengan kata-kata yang mungkin kurang jelas bagi mereka, mengatakan bahwa Elia memang telah datang kembali dalam diri Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis datang untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia, maka ia lebih besar daripada Elia, namun demikian banyak orang kurang mengenal dia. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita semua bahwa Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya akan datang dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, maka hanya mereka yang hidup sederhana dan rendah hati akan mampu menerima dan memahami kedatangan Yohanes Pembaptis, bentara Penyelamat Dunia, maupun Sang Penyelamat Dunia. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk hidup sederhana dan rendah hati, agar kita siap sedia menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Jauhkanlah aneka bentuk pemborosan dan foya-foya seraya mengingat dan memperhatikan saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Selama masa adven kiranya juga diselenggarakan kegiatan aksi adven berupa pengumpulan uang atau harta benda, yang kemudian disumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan adven di lingkungan masing-masing, entah di sekolah, tempat kerja maupun di lingkungan umat Allah.

·   "Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula" (Sir 48:9-11), demikian berita perihal anugerah Tuhan dalam diri Elia, nabi besar. "Berbahagilah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula", inilah yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Marilah kita saling melihat anugerah Tuhan dalam diri kita, alias melihat dan mengimani aneka keutamaan dan nilai-nilai kehidupan yang kita hayati di dalam hidup sehari-hari. Nabi adalah orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh Kudus dan masing-masing dari kita sebagai orang beriman memiliki dimensi kenabian dalam diri kita, maka kita juga diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh Kudus seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Kita lihat dan imani buah-buah Roh tersebut dalam diri kita maupun sesama kita, dan kemudian kita perdalam dan tingkatkan penghayatan buah-buah Roh tersebut di masa adven ini. Salah satu buah Roh yang mungkin baik saya angkat untuk direfleksikan adalah penguasaan diri, mengingat dan memperhatikan menguasai diri sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Jika kita tidak mampu menguasai diri dengan baik , maka berrelasi dengan orang lain kita pasti akan menindas atau melecehkan, sebaliknya jika kita dapat menguasai diri dengan baik, maka berrelasi dengan orang lain akan melayani dan membahagiakan. Hendaknya penguasaan diri ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua.

"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu" (Mzm 80:15-16.18-19)

Jakarta, 11 Desember 2010

Kamis, 09 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 9-12-2010

"Yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya"
(Yes 41:13-20; Mat 11:11-15)

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Mat 11:11-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yohanes Pembaptis memang nabi besar pada zamannya, namun Yesus lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, "yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya". Kita dalam masa adven, masa menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, dan untuk itu kita dipanggil untuk menjadi 'pendengar yang baik', "siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar". Memang dalam masa penantian yang dijiwai pengharapan kita harus mendengarkan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan hidup kita sebagai tanda kehadiran Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain kita diharapkan memiliki sikap terbuka dan siap siaga agar kita sungguh siap menerima kedatanganNya. Dia yang kita nantikan kedatanganNya ialah Allah 'yang melepaskan kebesaranNya atau ke-AllahanNya dan menjadi manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa', maka tanda bahwa kita terbuka dan siap sedia menerima kedatanganNya antara lain kita juga harus berani 'melepaskan aneka kebesaran atau atribut' yang dikenakan pada kita atau kita miliki. Marilah kita angkat dan utamakan dalam penghayatan hidup dan cara bertindak kita apa yang sama di antara kita, yaitu sama-sama manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Jika kita dapat menghayati apa yang sama di antara kita ini dengan mendalam, maka berarti kita siap sedia menerima kedatanganNya. Kami berharap kepada mereka yang memiliki kelekatan tak teratur pada harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan maupun kehormatan duniawi untuk bertobat dan memperbahaui diri, sehingga menjadi orang yang lepas bebas. Sikap lepas bebas dan tak memiliki kelekatan tak terhatur pada ciptaan-ciptaan lain di dunia inilah yang harus kita perdalam, perteguh dan sebar-luaskan.  

·   "Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya, supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah… , yang menciptakannya" (Yes 41:18-20). Apa yang dikatakan oleh Yesaya sebagaimana saya kutipkan di atas ini merupakan sesuatu yang membesarkan hati umat terpilih dalam rangka menuju tanah terjanji atau menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Maka marilah kita dalam rangka menantikan kedatangan Penyelamat Dunia mawas diri: dalam keadaan, situasi atau kondisi apapun hendaknya kita tetap berharap dan bergairah. Harapan dan kegairahan kita akan membuat hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita segar, sehat wal'afiat, dan dengan demikian kita senantiasa dalam keadaan siap sedia untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Kedatangan Tuhan, Penyelamat Dunia, ini bagi kita juga berarti kematian kita atau saat kita dipanggil Tuhan. Hendaknya kita juga senantiasa mengusahakan hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan setiap hari, artinya senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan kita tidak takut dan gentar, melainkan dengan penuh senyum siap dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, karena dengan demikian akan hidup mulia selama-lamanya di sorga, yang suasananya antara lain sebagaimana digambarkan dalam kutipan di atas. Marilah kita hayati bahwa masa depan kita sungguh cerah dan menggembirakan, hendaknya tidak takut dan gentar menghadapi masa depan. Untuk itu hendaknya apa yang ada dihadapan anda saat ini sungguh dikerjakan sebaik mungkin jika itu pekerjaan, sedangkan kalau yang ada di depan kita adalah manusia marilah kita kasihi dalam keadaan atau situasi apapun.

"TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan"
(Mzm 145:9-13b)
Jakarta, 9 Desember 2010

Senin, 06 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 7-12-2010

"Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak ini hilang."
(Yes 40:1-11; Mat 18:12-14)

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Ambrosius, uskup dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kita semua, manusia diciptakan oleh Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri perihal kebersamaan hidup kita masing-masing: keluarga, masyarakat, tempat kerja dst..: apakah ada di antara kita kurang atau tidak berkumpul dengan kita dalam aneka kesempatan seperti makan bersama, pertemuan, rekreasi dst… Pengalaman dan pengamatan kami jika ada anggota keluarga atau komunitas atau paguyuban jarang atau bahkan tidak pernah bertemu dan curhat dengan saudara-saudarinya berarti yang bersangkutan berada dalam bahaya perihal panggilan dan tugas pengutusannya. Ada kemungkinan yang bersangkutan tersesat, namun tidak merasa dirinya tersesat. Maka baiklah jika ada saudara atau saudari kita yang demikian itu hendaknya segera diingatkan untuk berkumpul dan bercurhat dengan saudara-saudarinya dalam berbagai kesempatan yang ada. Sekiranya secara phisik atau langsung sulit dilakukan baiklah kita doakan,dengan kata lain di masa adven ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mendoakan saudara-saudari kita yang 'tersesat', dan jika mungkin mereka kita datangi dan ajak untuk kembali ke jalur atau cara hidup yang benar, sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Marilah kita semua menyadari dan menghayati bahwa pada dirinya manusia itu bersifat sosial, maka tak mungkin hidup bahagia atau damai-sejahtera jika hidup menyendiri. Sosial dari akar kata bahasa Latin socius yang antara lain berarti teman, maka bersifat sosial berarti senantiasa berteman dengan sesamanya dan membangun kehidupan bersama dalam suatu komunitas atau keluarga.

·   "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya."(Yes 40:3-5). Padang gurun adalah tempat banga terpilih mengarungi perjalanan menuju tanah terjanji. Di padang gurun mereka harus menghadapi aneka tantangan dan masalah, maka  ada di antara mereka cukup banyak yang tidak sampai ke tanah terjanji, antara lain termasuk Musa yang sempat ragu-ragu di dalam perjalanannya. Dengan kata lain kutipan dari kitab Yesaya di atas kiranya juga merupakan suatu ajakan bagi kita semua untuk mawas diri: apakah melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun merupakan persiapan untuk menuju 'tanah terjanji', hidup mulia kembali di sorga setelah dipanggil Tuhan nanti. Dengan kata lain apakah kita senantiasa berujud lurus dalam aneka macam langkah dan tindakan kita alias jujur, disiplin, setia dan taat. Hidup jujur dan disiplin pada masa kini hemat saya sungguh merupakan salah satu bentuk penghayatan iman yang harus kita hayati dan sebar-luaskan. Pertama-tama dan terutama marilah kita jujur terhadap diri sendiri serta disiplin diri; jika kita tidak mungkin jujur terhadap diri sendiri serta  disiplin diri maka mustahil kita mengajak orang lain jujur serta disiplin. Memang hidup jujur dan disiplin pada umumnya butuh keteladanan dari mereka yang berpengaruh dan hidup maupun kerja bersama, maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal jujur dan disiplin. Secara khusus kami berharap kepada para pengguna jalan, entah pengendara sepeda motor, sopir maupun pejalan kaki untuk jujur dan disiplin di jalanan, sebagai tanda dan harapan bahwa kita akan selamat sampai tujuan masing-masing.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Minggu, 05 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 6-12-2010

"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"
(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)

"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang Farisi dan ahli Taurat tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Mesias yang dijanjikan dan telah lama ditunggu kedatanganNya, maka ketika Yesus mengampuni dosa orang yang sakit mereka berpikiran jahat. Sakit dan sehat erat kaitannya dengan dosa, mereka yang mudah jatuh sakit kiranya harus menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa, sedangkan mereka yang sehat kami berharap senantiasa berpikiran positif ketika ada orang yang membantu mereka yang berdosa, sakit atau menderita. Maka baiklah di masa adven ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal apa yang setiap hari kita pikirkan. Cara hidup dan cara bertindak kita sangat tergantung pada apa yang sedang kita pikirkan, maka baiklah sebagai umat beriman kita senantiasa berpikiran baik atau positif, dengan kata lain senantiasa berusaha mendengarkan dan melihat karya Roh dalam hidup sehari-hari, dalam diri manusia, tanaman, binatang maupun aneka macam peristiwa., sehingga kita juga dapat berkata "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan" Dengan sikap dan pikiran macam itu berarti kita juga siap sedia untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

·    "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"(Yes 35:4), demikian peringatan Yesaya kepada saudara-saudarinya, kepada kita semua umat beriman. Hidup dan bertindak baik pada masa kini memang sarat dengan tantangan, hambatan maupun masalah, maka hendaknya tidak takut menghadapi semuanya itu. "Ia sendiri datang menyelamatkannya", inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Dengan kata lain bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan; bersama dan bersatu dengan Tuhan antara lain senantiasa berpikiran positif sebagaimana saya katakana diatas. Sikap dan hayati aneka tantangan, hambatan dan masalah sebagai sarana atau wahana untuk semakin mempertebal, meneguhkan dan memperdalam iman kita kepada Tuhan. Sebagaimana emas murni tidak terbakar atau hancur karena api yang panas, demikian juga bersama dan bersatu dengan Tuhan tak akan tergoyahkan oleh aneka macam masalah, tantangan dan hambatan, melainkan masalah, tantangan dan hambatan semakin meneguhkan iman kita kepada Tuhan. Janganlah takut menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. Takut menghadapi tantangan, masalah dan hambatan tidak akan tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa dalam hal iman atau cerdas secara spiritual. Kami berharap sikap positif sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja keteladanan orangtua sungguh dibutuhkan. Hendaknya dibangun dan diperdalam sikap positif satu sama lain antar anggota keluarga.

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:10-14).
Jakarta, 6 Desember 2010      
    

Sabtu, 04 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 5-12-2010

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Mg Adven II : Yes 11:1-10; Rm 15:4-9; Mat 3:1-12

Menjelang ulangan umum atau ujian pada umumnya para pelajar atau mahasiswa sungguh giat belajar, dengan harapan sukses dalam ulangan umum atau ujian. Hal yang sama juga terjadi pada mereka yang akan menikah: berbagai persiapan diadakan, entah untuk upacara pernikahan atau pesta pernikahan. Dalam persiapan pernikahan yang tak kalah penting adalah mempersiapkan undangan: siapa saja yang akan diundang. Dalam mempersiapkan nama-nama yang akan diundang hadir dalam upacara maupun pesta pernikahan pada umumnya orang membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga/kekuatannya untuk mengingat-ingat atau mengenangkan nama-nama, sahabat dan handai taulan yang akan diundang. Dengan kata lain suasana 'menjelang' pada umumnya orang berusaha 'membersihkan diri dan lingkungan hidupnya': bersih diri dan lingkungan. Masa adven juga masa 'pembersihan diri dan lingkungan' alias pertobatan atau pembaharuan diri, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita melaksanakan pertobatan atau pembaharuan diri.

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 3:2)
"Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan" (Yoh 3:8), demikian kutipan seruan Yohanes Pembaptis kepada orang-orang Farisi dan Saduki, yang minta dibaptis. Pembaptisan juga berarti pertobatan atau pembaharuan hidup, dibaptis berarti menerima anugerah atau rahmat Allah untuk meninggalkan cara hidup lama yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kemudian memeluk hidup baru sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pembaptisan kita berjanji "hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan", maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri perihal penghayatan rahmat atau janji baptis tersebut.  Apakah rahmat atau anugerah pembaptisan yang telah kita terima menghasilkan buah-buah sebagaimana diharapkan:

1)    Menolak semua godaan setan. Godaan setan pada umumnya menggejala dalam rayuan atau tawaran harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Cukup banyak orang jatuh karena godaan-godaan ini, sehingga yang bersangkutan tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya; bahkan jika dicermati sementara tokoh agama pun (imam, bruder, suster, para anggota dewan paroki dst..) mengikuti godaan tersebut. Mereka hanyut dalam usaha dan kerja keras untuk membangun kerajaannya sendiri, bukan Kerajaan Allah.
Memang secara konkret dalam pelaksanaan tugas atau penghayatan panggilan kita tak akan terlepas dari urusan harta benda/uang, kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi, dengan kata lain kita tak mungkin menolak 100%. Kita terima dan hayati harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi sebagai sarana atau wahana menyucikan diri, mendukung penghayatan iman dan panggilan kita masing-masing. .Dengan kata lain semakin kaya akan harta benda atau uang, berkedudukan dan terhormat secara duniawi, hendaknya juga semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih. Selanjutnya syukur dan terima kasih tersebut kita wujudkan dalam pelayanan kepada sesama atau pengabdian kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita.  

2)   Hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja. "Manusia diciptakan untuk mengabdi, menghormati dan memuliakan Tuhan Allah", demikian kutipan  dari Arah Dasar Latihan Rohani St.Ignatius Loyola. Ajakan ini kiranya dapat kita wujudkan sebagai sesama manusia saling mengabdi, menghormati dan memuliakan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling menjunjung tinggi harkat martabat manusia di dalam hidup sehari-hari. Untuk itu hendaknya kita menjauhkan diri dari aneka macam bentuk pelecehan terhadap harkat martabat manusia seperti membenci, memarahi, memperkosa dst.. Secara khusus kami ingatkan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, entah yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga sebagai suami-isteri: hendaknya tidak terjadi pemerkosaan dalam hubungan seksual. Hendaknya jangan menjadi hamba nafsu seksual yang tak terkendalikan, sebagaimana masih marak dalam relasi antara laki-laki dan perempuan masa kini.

"Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus " (Rm 15:5-6)      

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk dengan tekun saling menghibur, membangun dan memperdalam kerukunan serta memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari. Kerukunan atau hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita, umat manusia, sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini, mengingat masih maraknya permusuhan dan tawuran di sana-sini yang mengakibatkan penderitaan manusia, bahkan juga ada korban yang meninggal dunia.

Dalam membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati ini, pertama-tama saya mengajak para suami-isteri untuk mawas diri serta dapat menjadi teladan atau saksi, mengingat anda berdua pernah berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Saya percaya bahwa anda sebagai suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain anda menghayati saling mengasihi tersebut dalam persetubuhan/hubungan seksual, yang ada kemungkinan berbuah kasih, seorang anak, sebagai anugerah Tuhan. selanjutnya kami mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih, atau yang terkasih, dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti saat ini hanya karena dan oleh kasih. Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih, maka bertemu dengan siapapun berarti yang terrkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan yang sejati. Hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati pasti saling menghibur dan membahagiakan.

Kita semua juga dipanggil untuk dengan satu hati dan satu suara memuliakan Allah, artinya yang termulia dalam kebersamaan kita adalah Allah dan kita semua sama-sama hamba atau pelayan: sebagai sesama manusia kita hidup dan bertindak saling melayani. Berrefleksi perihal 'melayani' baiklah kita melihat dan mengamati apa yang dihayati oleh seorang pelayan yang baik di dalam keluarga atau komunitas. Ingat pelayan yang tidak baik pada umumnya langsung dipecat tanpa pesangon, yang bersangkutan tidak layak menjadi pelayan. Berkali-kali saya angkat perihal cirikhas pelayan atau pembantu rumah tangga yang baik antara lain: sederhana, tanggap, peka terhadap kebutuhan orang lain atau yang dilayani, tidak pernah mengeluh atau marah, membahagiakan, dst… Ciri-ciri pelayan yang baik inilah yang hendaknya juga kita hayati dalam hidup saling melayani. Tidak pernah mengeluh dan marah inilah yang kiranya baik kita hayati dan sebarluaskan. Orang yang mudah mengeluh dan marah pada umumnya hanya mengikuti selera pribadi, sedangkan yang tidak pernah mengeluh atau marah adalah orang yang setia pada panggilan dan tugas pengutusan dalam keadaan dan situasi apapun serta dimanapun.

"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan!  Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!"
(Mzm 72:1-2.7-8)
   

Jumat, 03 Desember 2010

FIRMAN HARIAN tgl 4-12-2010

Yes. 30:19-21,23-26;
19Sungguh, hai bangsa di Sion yang diam di Yerusalem, engkau tidak akan terus menangis. Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab.
20Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia,
21dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ''Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,'' entah kamu menganan atau mengiri.
23Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas;
24sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak.
25Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh.
26Maka terang bulan purnama akan seperti terang matahari terik dan terang matahari terik akan tujuh kali ganda, yaitu seperti terangnya tujuh hari, pada waktu TUHAN membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan. 
  Mat. 9:35-10:1,6-8:
35Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 
 1Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
6melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
7Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
8Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
Renungan

Beberapa tahun terakhir ini, jumlah orang katolik berkembang dengan cukup pesat. Paroki-paroki dan gereja baru terbentuk di mana-mana. Sementara itu jumlah imam tetap sedikit. Malah ada kecenderungan bahwa jumlah imam dan para pelayan iman, semakin berkurang.

Setiap pengikut Kristus, pada hakekatnya adalah misionaris. Ia dipanggil untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan; untuk penjadi pelanjut karya-karya Allah.

Itulah tugas kita yang menyebut diri orang Kristen. Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan akan panggilan dan tanggungjawab ini. Ada banyak orang membutuhkan uluran tangan kita. Ada banyak domba yang membutuhkan penggembalaan kita. Ada banyak umat yang membutuhkan pendampingan kita. Sementara tugas dan panggilan mendesak, jumlah mereka yang dipanggil secara khusus sangatlah terbatas. Karena itu setiap kita yang mengaku sebagai murid Kristus, tidaklah boleh berpangku tangan.

Kita mempunyai tanggungjawab bersama untuk menggembalakan umat pilihan. Kita dipanggil untuk mengembangkan diri, mendalami ajaran Kristus, mempelajari dan mendengar sabda Tuhan supaya kita mampu menolong sesama yang membutuhkan bantuan kita dengan cara kita sendiri.

http://fasisi.blogspot.com/2010/12/renungan-harian-4-desember-2010.html

Kamis, 02 Desember 2010

Exorcism di Hari Adven Pertama - Kisah Rm Santo mengusir Lucifer

Dari milis sebelah....
EXORCISM DI HARI  ADVEN PERTAMA - Y. DWI HARSANTO PR

Saudara-Saudari terkasih, para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan exorcisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah  memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS, sehingga saya yang sempat membacanya dengan sambil lalu waktu itu, toh menjadi ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Saya pun makin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus alasan  ketakutan setan.


Kisahnya begini.
Tanggal 27 November 2010, hari Sabtu. Saya mendampingi rekoleksi OMK Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung bagus dan inspiratif sampai malam. Setelah acara api unggun, semua bersiap tidur. Saya masuk kamar. Baru saja jatuh tertidur, pintu diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa lain memberitahu bahwa di Cibulan, di bawah Cisarua ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat timur yang sedang rekoleksi,. Mereka membutuhkan bantuan imam untuk mengobati 4 mahasiswi yang kesurupan. Satu bahkan menghilang, tak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm Hari Sulistyo sudah pulang dan tak akan kembali lagi ke sana. Saya bayangkan,  jarak antara Cipanas hingga Cibulan sekitar 15 Km. Jauh juga. Menjelang pk 23 begini pula…

Tapi baiklah kuberangkat disertai Martha dan Anton. Sambil mengemudikan stir saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri kerasukan setan dan perbedaannya dengan yang stress berat/depresi. Jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan juga perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Sebenarnya saya  orang yang skeptis dengan urusan begini. Saya datang sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Pastoral kehadiran sajalah. Namun saya tetap mencoba mengingat kembali teks itu. Kebetulan HP BB saya hang setelah kesiram air teh di gerbong KA saat  dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Maka, tak bisa membuka kembali teks dari milist itu. Pokoknya mengingat saja, sambil bincang-bincang dengan Anton dan Marta.

Sesampai di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. Yang hilang sudah ditemukan, katanya ada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu yang kata mereka paling kuat. Pak Kiyai/dukun setempat sudah dipanggil sejak pk 19 tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka panggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Kata mereka, pak pendeta  menyatakan tak sanggup pula lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi di tergeletak di sofa. Pasien terparah itu perempuan kecil saja. Tergolek tengkurap di sofa, ditunggui teman-temannya. Sudah tidur kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa minta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya dia putuskan dan lempar ke halaman. Anehnya, rosario itu mereka temukan telah ada di WC villa. Salib besi itu dia ludahi. Hhmm… masih dengan agak skeptis saya mendekatinya. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu.

Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya… lhoh.. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” … Saya nekad… saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka tentu bereaksi keras. Agak skeptis, tetap dengan memegang erat jari-jari kaku mencekam anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar ”Keluar dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”. Reaksinya begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku face to face, eyes to eyes.. mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia tanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?. Saya jawab ”Kamulah yang takut!” . ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Kujawab ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini” . Dia jawab: ”Tempat ini nyaman,. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya jawab: ”Tak ada kompromi. Kamu tak bisa membunuh anak ini dan tak kan mampu membawa nyawanya”. Setan ini pun menantang saya, katanya, ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Yesus karena dia juga mengaku sebagai anakNya, tidak takut ada Sakramen. Maka selama pk 23.45 hingga masuk hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik itu bergumul. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, kadang menjadi ganas, kadang tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah banyak kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua, mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh Setan bahwa Romo akan dia  bunuh jika anak itu tidak taat pada Setan. Maka si anak merasa lemah karena tak mau Romo diapa-apakan oleh Setan. Dan yang paling gila ialah, jumlahnya ketika masuk lagi makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih bernahasa Inggris, dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya ajak dia dialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar setan atau anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu dan makin yakin kebenaran isinya. Saya katakan padanya ”Kekuatanmu hanya seperempat, masih ada Malaikat Agung St Mikael, serta Gabriel dan Rafael.”  Ia mundur, melepaskan lagi anak itu. Tiba-tiba masuk lagi, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Ia suatu saat jatuh di salib. Ia menjerit panas. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia teriak panas dan tersiksa. Begitulah ia pergi lagi. Namun cepat kembali lagi lebih banyak lagi. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya jawab ”Kekuatanku dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Dia menjerit-jerit lagi. Lari lagi… Ada berita bahwa 3 mahasiswi lain sudah dilepas. Semua memang berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.

Ketika masuk lagi yang teraksir kali, dia memeluk saya, dan dengan seolah suara si makasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya ”mak prinding”, terasa bulu kuduk berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Saya bangkit keberanian. Saya teriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, penghulu setan, datang!” Para mahasiswa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang teriak, ”Hancurkan saja, Sikat  Romo!”. Dia berkata ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab: Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan malaikat Agung Mkael atasan langsungmu! Taatlah padaNya!”  ”Sayalah Tuhan”, jawabnya”. Saya banting dia, dan kami berpegang  tangan sambil saling lawan. ”Saya mulai keringatan dan tenaga terkuras, tetapi tetap saja saya  melawannya: ”Kamu lah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah terima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa!, dan kalian imam-imam semua bodoh!” Saya marah sekali.   ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Mau melawan imamatNya?” dia jawab ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”

Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya lepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan air suci. Ia menjerit panas, dan lari.

Saat itu, saya berpikir, dini hari begini, semua kacau jika tak diakhiri. Saya perintahkan tubuh mahasiswi ini digotong, dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya telpon Mbak Sari dan Suster Lisa PKarm. Mbak Sari  dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.

Si Mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria. Dan tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya.. Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” ” Anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Martha tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak. Saya katakan: ”Kamulah yang harus bertanggunghjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan alaknat! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu kubawa ke hadapan Dia, tahu rasa kau nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Saya debat dengan tegas bahwa dia hanya harus boleh tunduk pada Kristus! ”Sayalah tuhan, I am the Lord” katanya. Saya tertawakan dia. Dia mengancam akan menggulingkan mobil. Kujawab: Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan berhasil kau gulingkan!”  Saya ingatkan akan Sto Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Santo Yohanes Maria Vianney kumohon mendoakan aku untuk mengalahkan dia. Dia lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menajwab ”Rasain lu” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Kujawab ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami debat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam mendekati Lembah Karmel, mendekati Sakramen Mahakudus. Dia mulai menendang dan berontak lagi. ”No place for evil, you know!”, kutantang dia. ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Di jawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, kutahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!”  Dia mengkikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh.  Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Kujawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan kayak kamu!”. Dia jawab lagi “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri padaku, Bodooh!” Kupancing dia: “Jadi, ayahnya mengikkat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan bodoh, kamu keliru imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri pada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri padaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga. Jadinya kami kekek-kekekan. Dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka  acara kita satu-satunya di depan sakramen mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi gara-gara Putra-Nya menjadi Manusia”… Dia meradang ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Sampai di situ saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Saya bayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup menguatkan batin saya. Pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah tampak… dia teriak lagi ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan” Kujawab: ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’  Ia merajuk lagi ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana” Kujawab ”Sadar gundulmu kuwi! Kami bawa kamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu, Monyong!”.

Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak samping kapel, depan wisma St Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan kecil namun bobotnya berlipat-lipat.  Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….”  Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta pinjam korek api dari pak Satpam, saya nyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut  di hadapan tabernakel. Mohon kekuatan Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap sebelah kiri si mahasiswi. Mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si jahat. Kami tidak sanggup dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaekat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini) : ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini, Dalam Nama Bapa, dan putra dan roh Kudus, Amin”. Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kaknya, lalu  menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya… sedetik kemudian  terkulailah  tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya.

Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… dia yang terjelek, hitam telah diborgol… dimasukkan kereta… Ooo malaekat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu besar, dia minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman saya harus kembali… Itu Tuhan…”  Dia kutuntun dengan tangannya menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, memeluknya erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis dan di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia peluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak kan meninggalkan engkau dan putramu”…

Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Masih pk 04.30.

Setelah makan minum, anak itu bercerita bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa. Ia melihat 2 manusia  bertanduk. Ia takut lalu menceritakan ke temannya. Makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya ke orang. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua kesurupan, maka spontan dia persilahkan merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk ikut dia. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika tak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat malaikat membisikinya bahwa romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu. Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan kereta untuk melesat membuang si jahat ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat Minggu I.

 Sampai Minggu sore tak habis-habis saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung  dan St Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Makin yakin bahwa  alam maut tak kan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai janji Tuhan. Amin. Terima kasih telah membaca sharing ini. Semoga berguna bagi iman harapan dan kasih para pembaca kepada Allah pencipta langit dan bumi.  Salam saya. Yohanes Dwi Harsanto Pr.