Dari milis sebelah....
EXORCISM DI HARI ADVEN PERTAMA - Y. DWI HARSANTO PR
Saudara-Saudari
terkasih, para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak,
bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan
exorcisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder
Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa
exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS, sehingga saya yang
sempat membacanya dengan sambil lalu waktu itu, toh menjadi ingat akan
apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya
sendiri. Saya pun makin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada
Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun
sekaligus alasan ketakutan setan.
Kisahnya begini.
Tanggal
27 November 2010, hari Sabtu. Saya mendampingi rekoleksi OMK Stasi
Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut
mendampingi. Acara berlangsung bagus dan inspiratif sampai malam.
Setelah acara api unggun, semua bersiap tidur. Saya masuk kamar. Baru
saja jatuh tertidur, pintu diketuk. Saudari Marta dan Anton serta
beberapa lain memberitahu bahwa di Cibulan, di bawah Cisarua ada
sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat timur yang sedang rekoleksi,. Mereka
membutuhkan bantuan imam untuk mengobati 4 mahasiswi yang
kesurupan. Satu bahkan menghilang, tak ada di villa. Romo pendamping
yakni Rm Hari Sulistyo sudah pulang dan tak akan kembali lagi ke sana.
Saya bayangkan, jarak antara Cipanas hingga Cibulan sekitar 15 Km. Jauh
juga. Menjelang pk 23 begini pula…
Tapi baiklah
kuberangkat disertai Martha dan Anton. Sambil mengemudikan stir saya
mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah
ciri-ciri kerasukan setan dan perbedaannya dengan yang stress
berat/depresi. Jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya
perempuanlah yang suka kesurupan, dan juga perempuanlah yang dikatakan
kesurupan malam ini. Sebenarnya saya orang yang skeptis dengan urusan
begini. Saya datang sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Pastoral
kehadiran sajalah. Namun saya tetap mencoba mengingat kembali teks itu.
Kebetulan HP BB saya hang setelah kesiram air teh di gerbong KA saat
dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Maka, tak bisa
membuka kembali teks dari milist itu. Pokoknya mengingat saja, sambil
bincang-bincang dengan Anton dan Marta.
Sesampai di villa
tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur.
Mereka dipisahkan di tiga tempat. Yang hilang sudah ditemukan, katanya
ada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu yang kata mereka
paling kuat. Pak Kiyai/dukun setempat sudah dipanggil sejak pk 19 tadi
dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia
ketahui. Mereka panggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja
terdekat. Kata mereka, pak pendeta menyatakan tak sanggup pula lalu
pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa
bersama. Ada salib besi di tergeletak di sofa. Pasien terparah itu
perempuan kecil saja. Tergolek tengkurap di sofa, ditunggui
teman-temannya. Sudah tidur kata mereka. Karena kondisi sudah tenang,
saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah
tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa minta saya melihat dulu kondisi
gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan
orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka
kalungkan di lehernya dia putuskan dan lempar ke halaman. Anehnya,
rosario itu mereka temukan telah ada di WC villa. Salib besi itu dia
ludahi. Hhmm… masih dengan agak skeptis saya mendekatinya. Kata mereka,
suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu.
Terlihat
badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat
manik matanya… lhoh.. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak
tersinggung. Lha kok melirik ke saya terus. Kepalan tangannya
menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia
mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai
bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” … Saya
nekad… saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman
tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup.
Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan
yang membedakannya dari depresi antara lain, jika disebut nama Malaikat
Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan
Yesus Kristus, maka tentu bereaksi keras. Agak skeptis, tetap dengan
memegang erat jari-jari kaku mencekam anak itu, saya katakan dengan
suara wajar namun jelas terdengar ”Keluar dari badan anak ini! Dalam
nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang
kepadanya kamu membangkang, keluarlah”. Reaksinya begitu mengejutkan
kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak
terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung
menatap wajahku face to face, eyes to eyes.. mendesis menatap lurus ke
mata saya, matanya penuh kebencian… dia berkata: ”Jangan sebut nama
itu! Itu musuh kami!”. Dia tanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?. Saya jawab
”Kamulah yang takut!” . ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak
Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Kujawab ”Kamu anak Tuhan
yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini” . Dia jawab:
”Tempat ini nyaman,. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah
menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan
membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya
jawab: ”Tak ada kompromi. Kamu tak bisa membunuh anak ini dan tak kan
mampu membawa nyawanya”. Setan ini pun menantang saya, katanya, ia
tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Yesus karena dia juga
mengaku sebagai anakNya, tidak takut ada Sakramen. Maka selama pk 23.45
hingga masuk hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik
itu bergumul. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita
cantik, kadang menjadi ganas, kadang tertawa ngikik, kadang menantang,
kadang merunduk sok kalah. Kadangkala merajuk minta dikasihani. Anak
itu muntah-muntah banyak kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu
masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh ”Romo, saya tak
kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua, mau mati saja, dan
takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini
juga diberitahu oleh Setan bahwa Romo akan dia bunuh jika anak itu
tidak taat pada Setan. Maka si anak merasa lemah karena tak mau Romo
diapa-apakan oleh Setan. Dan yang paling gila ialah, jumlahnya ketika
masuk lagi makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia
fasih bernahasa Inggris, dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya ajak dia
dialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu
benar setan atau anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder
di milist itu dan makin yakin kebenaran isinya. Saya katakan padanya
”Kekuatanmu hanya seperempat, masih ada Malaikat Agung St Mikael, serta
Gabriel dan Rafael.” Ia mundur, melepaskan lagi anak itu. Tiba-tiba
masuk lagi, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Ia suatu
saat jatuh di salib. Ia menjerit panas. Maka para mahasiswa menempelkan
salib-salib mereka. Ia teriak panas dan tersiksa. Begitulah ia pergi
lagi. Namun cepat kembali lagi lebih banyak lagi. Ia mau menguras
kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu,
Bapa!”. Saya jawab ”Kekuatanku dari Allah, yang menjadikan langit dan
bumi”. Kami bertempur lagi. Dia menjerit-jerit lagi. Lari lagi… Ada
berita bahwa 3 mahasiswi lain sudah dilepas. Semua memang berpindah
merasuki mahasiswi yang satu ini.
Ketika masuk lagi yang
teraksir kali, dia memeluk saya, dan dengan seolah suara si makasiswi,
dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya ”mak
prinding”, terasa bulu kuduk berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu
takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan
mengincarmu terus sampai kapanpun”. Saya bangkit keberanian. Saya
teriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer
sendiri, penghulu setan, datang!” Para mahasiswa emosi, mereka berdoa
makin keras. Ada pula yang teriak, ”Hancurkan saja, Sikat Romo!”. Dia
berkata ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab: Tak hanya Paus
Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan
Tuhanmu Yesus dan malaikat Agung Mkael atasan langsungmu! Taatlah
padaNya!” ”Sayalah Tuhan”, jawabnya”. Saya banting dia, dan kami
berpegang tangan sambil saling lawan. ”Saya mulai keringatan dan
tenaga terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya: ”Kamu lah yang
ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini,
karena dia sudah terima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih,
itu hanya roti biasa!, dan kalian imam-imam semua bodoh!” Saya marah
sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus!
Mau melawan imamatNya?” dia jawab ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ketika
Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada
para mahasiswa. Saya lepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan
aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan para
mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, bapa Kami,
Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika
saya datang lagi, saya percikkan air suci. Ia menjerit panas, dan
lari.
Saat itu, saya berpikir, dini hari begini, semua
kacau jika tak diakhiri. Saya perintahkan tubuh mahasiswi ini digotong,
dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap
gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya telpon Mbak Sari dan Suster
Lisa PKarm. Mbak Sari dengan sigap telah meminta Satpam membuka
gerbang dan pintu kapel.
Si Mahasiswi dipegangi oleh
Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia
mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami,
Salam Maria. Dan tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi ”Haaa. Mau
dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku
meremas jerohannya.. Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa.
Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” ” Anak itu
muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Martha tetap berdoa dengan
memeganginya yang berontak. Saya katakan: ”Kamulah yang harus
bertanggunghjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan alaknat! Kamu
telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu kubawa ke hadapan Dia, tahu
rasa kau nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin
sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi
”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak
umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara
satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah
selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya
tunduk pada keinginannya. Saya debat dengan tegas bahwa dia hanya harus
boleh tunduk pada Kristus! ”Sayalah tuhan, I am the Lord” katanya.
Saya tertawakan dia. Dia mengancam akan menggulingkan mobil. Kujawab:
Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan berhasil kau gulingkan!”
Saya ingatkan akan Sto Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat
tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Santo Yohanes
Maria Vianney kumohon mendoakan aku untuk mengalahkan dia. Dia lalu
merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak
mahasiswa ikut menajwab ”Rasain lu” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah
kemarin sore!” Kujawab ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka
anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami debat dengan bahasa
Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah
jam mendekati Lembah Karmel, mendekati Sakramen Mahakudus. Dia mulai
menendang dan berontak lagi. ”No place for evil, you know!”, kutantang
dia. ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Di jawab, “Bukan salah
anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, kutahu, berarti ayahnya
mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan
hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer
keparat ini!” Dia mengkikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri
Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu
imam bodoh. Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Kujawab, “Aku
memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan kayak kamu!”. Dia
jawab lagi “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri padaku, Bodooh!”
Kupancing dia: “Jadi, ayahnya mengikkat perjanjian denganmu bukan?” Dia
jawab: “Bukan bodoh, kamu keliru imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan
diri pada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri padaku”. Dia
tertawa ngekek lagi. Saya juga. Jadinya kami kekek-kekekan. Dengan
tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka
acara kita satu-satunya di depan sakramen mahakudus nanti hanyalah
memutuskan perjanjian itu dan kamu akan sengsara kekal. Go to hell!
Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri
bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi gara-gara
Putra-Nya menjadi Manusia”… Dia meradang ”I hate you.. I hate all
priests of Christ…!!!” Sampai di situ saya merasa mendapatkan kekuatan
dan keharuan. Saya bayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup menguatkan
batin saya. Pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah tampak… dia teriak
lagi ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah
tuhan” Kujawab: ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau
merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan
akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Ia merajuk lagi ”Romo,
ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening,
ini mau dibawa ke mana” Kujawab ”Sadar gundulmu kuwi! Kami bawa kamu ke
hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu, Monyong!”.
Pak
Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai samping kapel kecil
(yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak
samping kapel, depan wisma St Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong
keluar mobil. Aneh sekali, badan kecil namun bobotnya berlipat-lipat.
Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi
besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”wah, ini dia bapakku”.
Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke
kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….”
Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di
bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang
umat, kepalanya di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi
tangan dan kakinya. Saya minta pinjam korek api dari pak Satpam, saya
nyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di
patung Bunda Maria. Suasana temaram dan dingin dini hari menggigit.
Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Mohon kekuatan Tuhan
sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap sebelah kiri si
mahasiswi. Mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan
Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami
bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si jahat. Kami
tidak sanggup dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas
dia, utuslah malaekat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia.
Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi
altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat
tangan kanan di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan
berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini) : ”Atas kuasa
imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan
kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan
leluhur anak ini, Dalam Nama Bapa, dan putra dan roh Kudus, Amin”.
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke
depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kaknya, lalu menoleh
menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya… sedetik kemudian
terkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari
tubuhnya.
Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu
Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke
arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke
atas ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… dia yang
terjelek, hitam telah diborgol… dimasukkan kereta… Ooo malaekat Agung
Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu besar, dia minta kembali ke dalam,
”Romo, teman-teman saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun dengan
tangannya menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di
samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju
tabernakel, memeluknya erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur
kepadamu.. ” lalu ia menangis dan di situ beberapa saat. Setelah
selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia peluk kaki patung Bunda Maria dan
menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak kan meninggalkan
engkau dan putramu”…
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma
Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam
menggendongnya. Kini tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma,
sementara teman lain membelikan makanan dan minuman di warung yang
memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Masih pk 04.30.
Setelah
makan minum, anak itu bercerita bahwa setelah makan malam, ia masuk
kamar di villa. Ia melihat 2 manusia bertanduk. Ia takut lalu
menceritakan ke temannya. Makhluk itu marah karena diceritakan
keberaadaannya ke orang. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta
Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta
kasihan kalau semua kesurupan, maka spontan dia persilahkan merasuki
dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja
mengikuti kehendak Lucifer untuk ikut dia. Pasalnya, Lucifer mengancam,
jika tak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena
kasihan pada romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat malaikat
membisikinya bahwa romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer,
sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu. Maka ia berani
melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu
dimasukkan kereta untuk melesat membuang si jahat ke neraka. Setelah itu
tinggal Tuhan Yesus dan bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya.
Begitulah kesaksiannya. Suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal
masa Adven 2010, tepat Minggu I.
Sampai Minggu sore
tak habis-habis saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga
teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah
Mikael Malaikat Agung dan St Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan:
bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri
merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan
kelemahan diri serta pertobatan. Makin yakin bahwa alam maut tak kan
menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai janji Tuhan. Amin. Terima kasih
telah membaca sharing ini. Semoga berguna bagi iman harapan dan kasih
para pembaca kepada Allah pencipta langit dan bumi. Salam saya.
Yohanes Dwi Harsanto Pr.