"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa."
(Ibr 4:12-14; Mrk 2:13-17)
"Sesudah
itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang
kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat
di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia
berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti
Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut
cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan
murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu
ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan
pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada
murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai
dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan
orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan
untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."(Mrk 2:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Penyelamat
Dunia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, maka jika ada
bagian dunia yang tidak selamat, dan tentu saja pertama-tama dan
terutama adalah manusia, Ia segera menyelamatkannya. Dalam kisah hari
ini Ia menyelamatkan Lewi, pemungut cukai, yang dinilai sebagai pendosa
di masyarakat. Memang sampai kini pun, seperti di Indonesia, para
pegawai pajak/cukai pada umumnya terjerat oleh dosa secara struktural,
ramai-ramai melakukan korupsi dengan memanipulasi pungutan pajak. Dengan
kata lain mereka yang nampak sebagai orang baik-baik itu adalah
pendosa, maka baiklah kita juga menyadari dan menghayati diri sebagai
pendosa, yang dipanggil Tuhan untuk bertobat dan berpartisipasi dalam
karya penyelamatanNya antara lain 'memanggil orang berdosa' untuk
bertobat. Maka selain menghayati diri sebagai pendosa, hendaknya dengan
rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan kita juga berusaha berparitipasi
dalam karya penyelematanNya, yaitu memperbaiki apa yang tidak baik,
membereskan apa yang tidak beres, dst…, dengan kata lain dimana ada
bagian kehidupan kita yang tidak baik dan selamat, segera kita perbaiki
atau selamatkan. Marilah kita perhatikan mereka yang miskin dan
berkekurangan dalam lingkungan hidup kita, entah secara phisik,
spiritual, sosial maupun intelektual. Kepada mereka yang sering
berteriak-teriak atau memerintahkan orang lain untuk berobat, hendaknya
juga menyadari dan menghayati diri sebagai yang butuh obat juga, apalagi
kalau yang kita perintahkan adalah mereka yang sakit hati atau sakit
jiwa. Maklum penyebab utama sakit jiwa atau sakit hati adalah lingkungan
hidup yang tidak sehat, alias manusia-manusia yang merasa sehat padahal
sedang menderita sakit, entah sakit hati atau sakit jiwa.
· "Firman
Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana
pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi
dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."(Ibr
4:12). Apa yang kita dengarkan sejak kita berada di dalam rahim ibu
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian kita
masing-masing. Jika kita jujur mawas diri kiranya masing-masing, maka
kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara atau berkata-kata.
Memang apa yang kita dengarkan sering membingungkan kita: mana yang baik
dan benar, mana yang jelek dan salah. Maka untuk menguji kebenaran atas
apa yang kita dengarkan hendaknya ditatapkan pada Firman atau Sabda
Allah, yang antara lain tertulis di dalam Kitab Suci. Seluruh ajaran
yang tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya dapat dipadatkan dan ajaran
atau perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup
sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain baiklah kita uji
apa yang kita dengarkan dengan cintakasih: apakah setelah mendengarkan
kita tergerak untuk mengasihi atau membenci. Memang membenci atau
mengasihi juga sangat tergantung dari pertimbangan dan
pikiran hati kita masing-masing. Hemat saya mayoritas apa yang kita
dengarkan mengajak kita untuk hidup mengasihi, maka ketika setelah
mendengarkan kita tergerak untuk membenci berarti pikiran hati kita yang
tidak baik. Baiklah kita mawas diri dengan jujur dan rendah hati,
apakah kita berpikiran tidak baik. Kutipan di atas ini mengingatkan kita
semua bahwa Firman atau Sabda Allah sungguh mendidik dan membina kita
semua, agar kita selamat dan damai sejahtera. Kami berharap apa yang
saya kutipkan dan refleksikan secara sederhana dari Kitab Suci setiap
hari berguna bagi kita semua.
"Taurat
TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu
tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata
bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya;
hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya "(Mzm 19:8-10)
Jakarta, 15 Januari 2011
http://renunganimankatolik.blogspot.com/