"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk"
HR ST PETRUS DAN ST PAULUS: Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19
Kalau
tinggal di rumah/komunitas terus menerus alias jarang bepergian
dianggap tidak punya pekerjaan, sebaliknya kalau jarang di rumah alias
senantiasa bepergian dianggap tidak krasan, itulah anggapan atau
penilaian sementara orang terhadap yang jarang pergi dan selalu
bepergian. Hari ini kita kenangkan dua tokoh Gereja Purba, Petrus dan
Paulus, yang berbeda satu sama lain dalam hal kepribadian, tugas
pelayanan/kesibukan. Petrus sebagai wakil Kristus, pemimpin Gereja
Kristus, tinggal dan bertahta di Roma, sementara itu Paulus bepergian
terus menerus, berkeliling dunia. Didalam Gereja kita kenal apa yang
disebut hirarki dan karisma, yaitu mereka yang bertugas dalam
kepemimpinan Gereja dan mereka yang terpanggil secara khusus untuk
mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia, yang secara konkret adalah
Paus/Uskup/Pastor Paroki dan Anggota Lembaga Hidup Bakti, yang memiliki
karisma tertentu. Berbeda fungsi tetapi satu tugas perutusan, itulah
yang terjadi, dan diharapkan perbedaan ini tidak menjadi hambatan
melainkan merupakan kekuatan untuk bersama-sama mengemban tugas
pengutusan dari Yesus dalam mewartakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Maka
baiklah dalam rangka mengenangkan St.Petrus dan Paulus ini kami
mengajak kita semua untuk mawas diri dalam hal bekerjasama menghayati
panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan.
"Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu…Kenakanlah jubahmu dan ikutilah aku" (Kis 12:8)
Kutipan
di atas ini adalah kata malaikat kepada Petrus, yang di dalam penjara
karena kesetiaan imannya, dan merupakan panggilan untuk membebaskan diri
dari penjara. Kata-kata tersebut secara inklusif mengindikasikan bahwa
itulah jati diri seorang pemimpin Gereja, yaitu: mengikat pinggang,
mengenakan sepatu, mengenakan jubah dan mengikuti kehendak Allah.
Perintah malaikat ini kiranya boleh menjadi petunjuk tugas panggilan
segenap jajaran hirarki dari Paus sampai dengan Pastor Paroki beserta
para pembantunya. Maka baiklah saya akan merefleksikan
secara sederhana apa yang diperintahkan oleh malaikat tersebut, dan
mungkin berguna bagi para gembala umat:
1).
Salah satu fungsi ikat pinggang adalah untuk memperindah penampilan
tubuh, sehingga menarik dan mempesona bagi orang lain, maka diharapkan
sepak terjang dan kehadiran para gembala dimanapun dan kapanpun
senantiasa menarik dan mempesona orang lain, sehingga mereka juga
tergerak untuk mendekat dan mengasihinya. Tentu saja yang diharapkan
menarik dan mempesona dari para gembala bukan tubuh, melainkan cara
hidup dan cara bertindak yang baik dan berbudi pekerti luhur, dengan
kata lain cara hidup dan cara bertindak para gembala diharapkan dapat
menjadi teladan bagi umat Allah khususnya dan masyarakat pada umumnya,
sehingga umat Allah dan masyarakat tergerak semakin beriman, semakin
suci.
2).
Para gembala, khususnya paus dan para uskup pada umumnya kemana-mana
bersepatu. Sepatu antara lain berfungsi untuk melindungi telapak kaki, anggota
tubuh yang paling bawah, agar tetap bersih dan aman serta sehat.
Bolehlah kiranya kalau hal ini kita refleksikan sebagai opsi para
gembala, yaitu senantiasa berpihak pada dan bersama dengan mereka yang
miskin dan berkekurangan maupun pernyataan para gembala yang menyatakan
diri sebagai hamba yang hina dina. Maka kami berharap kepada mereka yang
berfungsi dalam kepemimpinan atau pelayanan umat Allah, di tingkat
apapun, untuk senantiasa berpihak pada atau bersama dengan mereka yang
miskin dan berkekurangan, agar mereka terangkat dari kemiskinan dan
berkekurangannya serta kemudian hidup damai sejahtera baik lahir maupun
batin.
3).
Jubah adalah lambang kebesaran atau pakaian resmi dan pada umumnya
pasti dipakai ketika sedang memimpin ibadat. Dengan kata lain hemat saya
salah satu tugas gembala umat adalah pribadi yang begitu
penuh devosi kepada ibadat khususnya Perayaan Ekaristi, sebagai puncak
ibadat Gereja Katolik. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan akan wafat
dan kembangkitan Yesus, maka setiap kali merayakan atau berpartipasi
dalam Perayaan Ekaristi berarti sekaligus memperbaharui janji baptis,
yaitu 'hanya mengabdi Tuhan saja, serta menolak semua godaan setan'
4). "Hanya mengabdi Tuhan saja" kiranya identik dengan perintah untuk "mengikuti kehendak Tuhan". Maka
para gembala diharapkan sungguh taat dan setia pada kehendak Tuhan
serta menjadi teladan bagi yang digembalakannya. Kehendak Tuhan antara
lain menjadi nyata dalam kehendak baik umat atau sesama manusia, maka
selayaknya para gembala melayani umat atau sesama manusia agar mereka
hidup bahagia dan damai sejahtera. Untuk itu para gembala diharapkan
senantiasa siap sedia mendengarkan suka-duka umat dengan rendah hati,
serta kemudian menanggapinya dengan sepenuh hati.
"Tuhan
telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku
Injil diberitakan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi
mendengarkannya" (2Tim 4:17)
Kutipan
di atas ini kiranya merupakan kesaksian iman Paulus sebagai rasul agung
yang berkeliling ke seluruh dunia, maka selayaknya menjadi permenungan
atau refleksi bagi segenap anggota lembaga hidup bakti khususnya dan
umat Allah pada umumnya, yang memiliki charisma untuk 'memberitakan Injil/kabar baik' kepada
manusia seluruh dunia atau warga masyarakat sekitarnya. Maka
perkenankan pertama-tama saya mengajak berrefleksi pada segenap anggota
lembaga hidup bakti atau religius dan kemudian segenap umat Allah, yang beriman kepada Yesus Kristus:
1). "Kerasulan
semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang
sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat" (KHK kan 673). Dibaktikan
berarti dipersembahkan atau disisihkan sepenuhnya kepada Tuhan,
sehingga para religius layak disebut sebagai sahabat-sahabat Tuhan. Cara
hidup dan cara bertindaknya secara pribadi maupun hidup bersama dalam
komunitas pada dirinya sendiri bersifat misioner, maka kami berharap
komunitas-komunitas hidup bakti/membiara hendaknya sungguh mempesona,
menarik dan memikat sehingga siapapun tergerak untuk mendekat dan
mendatangi. Dengan kata lain komunitas biara hendaknya bercirikhas
'welcome'/selamat datang keapda siapapun. Agar jati diri dan panggilan
ini terpelihara baik, maka hendaknya tidak melupakan hidup doa dan
tobat. Dalam hal berdoa kami percaya komunitas bruder dan suster rajin
dalam Ibadat Harian, maka kami berharap isi doa Ibadat Harian, mazmur
maupun bacaan-bacaan singkat, sungguh diresapkan dalam hati, dicecap
dalam-dalam. Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, maka
kami berharap segenap religius senantiasa terbuka untuk mendengarkan
aneka saran, kritik, nasihat, pujian dst.. dari siapapun sebagai wahana
untuk memperbaharui diri terus menerus.
2).
Kesaksian iman merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan
tugas missioner, dan hemat kami hal ini lebih kena untuk direfleksikan
segenap rekan awam, yang setiap hari berpartisipasi dalam seluk-beluk
duniawi guna menghidupi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarganya.
Anda, rekan-rekan awam yang demikian itu, menurut hemat saya merupakan
ujung tombak karya missioner, pewartaan kabar baik. Maka kami berharap,
entah dalam hidup di dalam keluarga, masyarakat maupun tempat kerja,
anda dapat hidup dan bekerja sebaik mungkin, antara lain pada masa kini
tidak melakukan korupsi sedikitpun, mengingat dan memperhatikan korupsi
masih marak di sana-sini. Kesaksian dalam pengelolaan harta benda atau
uang merupakan cara yang mendesak dan up to date untuk dihayati pada
masa kini. Semoga anda , rekan-rekan awam dapat menjadi pioneer dalam
pewartaan kabar baik bagi segenap warga masyarakat.
"Aku
hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepadaNya tetap
dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah, biarlah orang-orang yang
rendah hati mendengarkannya dan bersuka-cita' (Mzm 34: 2-3)
http://renunganimankatolik.blogspot.com/