"Seorang pekerja patut mendapat upahnya"
(Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5; Mat 10:7-15)
"
Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah
setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah
kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua
helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila
kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak
menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu
kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu
dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau
kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan
lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 107-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Salah satu motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga adalah "learning to do", yang
berarti belajar untuk berbuat atau bekerja. Maka baiklah ajakan ini
hendaknya direnungkan atau direfleksikan serta kemudian dihayati oleh
para pekerja, entah pekerjaan apapun atau apapun yang harus dikerjakan.
Ajakan tersebut secara lain dapat dikatakan 'bekerja agar terampil bekerja', bukan
bekerja demi uang atau imbal jasa/gaji, meskipun kita juga membutuhkan
gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi atau keluarga kita. Maka
apapun yang harus kita kerjakan hendaknya dikerjakan sebaik atau
seoptimal mungkin, tenu saja pekerjaan yang baik. Ingatlah dan sadari
bahwa yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini maupun mendatang,
termasuk perusahaan-perusahaan apapun, adalah keterampilan bukan ijasah.
Anda kiranya dapat melihat dan memperhatikan para 'entepreneur' yang
tanpa ijazah namun sukses dalam usahanya berkat kerja keras yang tak
kenal lelah serta keterbukaan terhadap aneka macam kemungkinan dan
kesempatan. Kami berharap sikap mental 'bekerja agar terampil bekerja' ini
ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan
teladan konkret para orangtua, serta kemudian diperdalam dan
diperkembangkan di sekolah-sekolah. "The man behind the gun" ( =manusia dibalik senjata atau alat), itulah
kata sebuah motto, yang meningatkan kita agar lebih mementingkan
manusia daripada alat-alat atau sarana-prasarana. Didiklah dan binalah
anak-anak memiliki sikap mental belajar terus-menerus dengan rendah hati
dan kerja keras, agar kelak mereka siap sedia untuk melakukan apapun
yang baik dan menyelamatkan meskipun berat dan penuh tantangan serta
hambatan maupun masalah. Tuhan telah menganugerahi aneka rahmat dan
bakat kepada kita, maka jangan disia-siakan rahmat atau bakat tersebut.
· "Mohon
bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata
kepada tuanku, dan janganlah bangkit amarahmu kepada hambamu ini, sebab
tuanku adalah seperti Firaun sendiri" (Kej 44:18), demikian kata
Yehuda atas nama saudara-saudaranya kepada Yusuf, yang telah mereka
buang, karena mereka tidak tahu bahwa yang dihadapan mereka adalah Yusuf
adik mereka. Yehuda adalah salah satu anak Iskak, yang
tidak setuju bahwa Yusuf dibunuh, ketika saudara-saudaranya berniat
membunuh Yusuf karena irihati. Ia berusaha menyelamatkan Yusuf, dan saat
ini juga atas nama saudara-saudarannya dengan rendah hati mohon
keselamatan dari Yusuf yang telah mereka buang. Penderitaan memang
sering merupakan rahmat terselubung, dimana di dalam penderitaan kita
diingatkan akan aneka kebaikan dan kemungkinan guna penyelamatan. Dalam
penderitaan juga kita ditingatkan bahwa kita adalah manusia yang lemah
dan rapuh, penuh dengan dosa. Usaha Yehuda menyelamatkan Yusuf kiranya
menjanjikan harapan yang membahagiakan; dari penderitaan lahirlah
pengharapan, itulah kebenaran sejati. Dari kisah ini kiranya kita juga
diingatkan untuk tidak malu dan ragu sebagai kakak minta tolong kepada
adik, sebagai orangtua minta tolong pada orang muda, orang kaya minta
tolong kepada orang miskin, dst.. , dan yang tak boleh ditinggalkan
marilah kita belajar dari anak-anak perihal keutamaan-keutamaan atau
nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kita juga diingatkan untuk
berdoa bagi mereka yang telah berbuat baik kepada kita, meskipun kita
tak tahu namanya serta dimana mereka berada.
"DiutusNyalah
seorang mendahului mereka; Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka
mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai
saatnya firmanNya sudah genap dan janji Tuhan membenarkannya" (Mzm 105: 17-19)
Ign 7 Juli 2011
http://renunganimankatolik.blogspot.com/