"Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat"
(1Yoh 2:12-17; Luk 2:36-40)
"Lagipula
di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer.
Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun
lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan
puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang
malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga
datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara
tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk
Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum
Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 2:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pendidikan
anak hemat saya merupakan sesuatu yang penting dan utama, lebih
daripada kegiatan atau usaha-usaha lainnya. Marilah kita didik anak-anak
kita agar dapat tumbuh berkembang seperti Yesus, yaitu "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya". Pertama-tama
hendaknya sejak dalam kandungan sampai usia balita anak diberi gizi
yang memadai, karena masa-masa tersebut sangat menentukan masa depan
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Hendaknya anak disusui oleh
ibunya secara memadai, dan menurut ahli gizi konon alangkah baiknya jika
anak dapat menerima ASI paling tidak selama satu tahun. Untuk itu perlu
diperhatikan gizi ibu atau calon ibu agar dapat menghasilkan ASI yang
memadai bagi anaknya. Dalam proses pendidikan atau pendampingan selain
agar anak sehat wal'afiat dan segar bugar secara phisik, hendaknya
diusahakan agar anak semakin penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada
padanya, dengan kata lain agar anak semakin berbudi pekerti luhur,
semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Dengan kata lain hendaknya
dalam mendidik atau mendampingi anak-anak dengan tujuan agar anak-anak
tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik atau cerdas secara spiritual
daripada pandai atau cerdas secara intelektual. Teladan konkret dari
orangtua atau bapak-ibu dalam hidup dan bertindak baik dalam hidup
sehari-hari mutlak dibutuhkan, karena keteladanan merupakan cara pertama
dan utama dalam pendidikan atau pembinaan. Kami berharap juga kelak ada
anak-anak yang tergerak atau terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau
suster (kalau beragama katolik) atau menjadi pribadi yang sosial,
senantiasa peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang
miskin dan berkekurangan.
· "Semua
yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata
serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari
dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang
yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1Yoh 2:16-17).
Apa yang dikatakan oleh Yohanes ini tidak berarti kita tidak boleh
mendunia, melainkan hendaknya jangan bersikap mental materialistis
selama hidup di dunia ini. Hendaknya semakin kaya akan harta benda atau
uang juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya.
Kehendak Tuhan perihal harta benda atau uang adalah sebagai sarana untuk
memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan dalam hidup
sehari-hari melalui sesama manusia, maka jika harta benda atau uang
mengganggu tujuan tersebut hendaknya dibuang atau dimusnahkan. Yohanes
juga mengingatkan kita perihal indera penglihatan atau mata, tentu saja
bagi yang tidak buta. Cara hidup dan cara bertindak kita pada umumnya
memang dimulai dengan penglihatan atau apa yang kita lihat. Melihat -> merasakan -> berpikir -> bersikap -> bertindak inilah kurang lebih kronologis cara bertindak. Dari melihat sampai bertindak bagi
orang yang jelas kepribadian atau jati dirinya hanya butuh waktu
hitungan detik, artinya begitu melihat langsung bertindak. Sedangkan
bagi orang yang tidak jelas kepribadiannya, tidak putih dan tidak hitam
alias abu-abu, pada umumnya dari melihat sampai bertindak butuh waktu
lama, karena harus merasa-rasakan dan berpikir. Kehendak Tuhan bagi kita
semua adalah begitu melihat langsung bertindak, tentu saja tindakan
yang menyelamatkan atau membahagiakan terutama keselamatan jiwa manusia.
Kita semua mendambakan untuk hidup selamanya mulia di sorga bersama
Tuhan setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka baiklah kita
senantiasa setiap hari bersama dan bersatu dengan Tuhan alias berusaha
untuk hidup baik, suci, tak bernoda atau tercela.
"Kepada
TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan
kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan
dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan
berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!"
(Mzm 96:7-9)
Jakarta, 30 Desember 2010
http://renunganimankatolik.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.