"Ia mengambil Maria sebagai isterinya tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya"
Mg Adven IV: Yes 7:10-14; Rm 1:1-7; Mat 1:18-24
Orangtua,
pemimpin atau atasan sering dengan mudah menjanjikan sesuatu kepada
anak-anaknya, anggota-anggotanya atau bawahan-bawahannya, tetapi sering
janji tersebut tinggal janji artinya tidak ditepati atau dilaksanakan.
Sebagai contoh konkret presiden RI menjanjikan untuk memberantas korupsi
serta siap berada di garis depan dalam memberantas korupsi, namun hanya
koruptor kelas teri yang dijadikan sasaran, sementara itu koruptor
kelas kakap dibiarkan berkeliaran. Maklum koruptor kelas kakap pada
umumnya melibatkan para pejabat, sehingga dengan dan melalui berbagai
cara mereka dilindungi. Memang tidak mudah memberantas koruptor kelas
kakap, namun jika koruptor kelas kakap dapat dibasmi kiranya damai
sejahtera akan terjadi di bumi ini. Dalam Warta Gembira hari ini
dikisahkan pemenuhan janji Allah untuk mengutus Penyelamat Dunia, yaitu
memilih Yusuf, anak Daud atau keturunan Daud, untuk "mengambil Maria
sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia
melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan dia Yesus". Tokoh Yusuf ditampilkan dalam Warta Gembira hari ini, maka marilah kita renungkan atau refleksikan tokoh Yusuf ini.
"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum" (Mat 1:19)
"Tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama(orang lain) di muka umum" inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Menghayati dan menyebarkan hal ini kiranya sungguh mendesak dan up to date masa
kini mengingat kebohongan dan pencemaran nama baik masih marak di
sana-sini di dalam kehidupan bersama. Memiliki ketulusan hati berarti
suci, bersih dan tiada noda atau dosa sedikitpun, maka rasanya hal itu
sungguh berat bagi kita semua dan mungkin dapat dihitung dengan jari
siapa yang sungguh tulus hati. Namun demikian marilah kita saling
membantu dan mengingatkan untuk hidup dan bertindak dengan tulus hati
dimanapun dan kapanpun. Tulus hati juga berarti jujur, yaitu "sikap
dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata
apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk
kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).
Salah satu bentuk konkret ketulusan hati adalah tidak mau mencemarkan nama baik orang lain di muka umum kapan
saja dan dimana saja. Banyak di antara kita suka ngrasani atau ngrumpi;
pada umumnya berisi menjelek-jelekan orang lain atau membicarakan
kekekurangan dan kelemahan orang lain, dan dengan demikian kekurangan
atau kelemahan orang yang bersangkutan diperbesar. Membicarakan
kekurangan atau kelemahan orang lain untuk bersendau-gurau atau pemuas
nafsu pribadi hemat saya melanggar hak asasi manusia, melanggar
cintakasih. Siapa yang suka ngrumpi atau ngrasani, laki-laki atau
perempuan? Kaum laki-laki pada umumnya lebih jarang ngrumpi atau
ngrasani, namun ketika ngrasani begitu keras sehingga banyak orang
mendengar, sedangkan rekan perempuan pada umum ngrasani dengan pelan,
telaten serta sering dengan mudah ngrumpi atau ngrasani, dengan kata
lain laki-laki dan perempuan sama saja.
Ketulusan
hati Yusuf juga dihayati dengan tidak bersetubuh dengan Maria, karena
Maria mengandung dari Roh Kudus. Dengan rendah hati kami mengingatkan
dan mengajak rekan-rekan laki-laki, entah yang sudah berkeluarga atau
belum/tidak berkeluarga: hendaknya tidak dengan mudah bersetubuh dengan
perempuan lain yang bukan isterinya atau pasangan hidupnya. Maklum
laki-laki menyeleweng atau selingkuh satu atau dua kali belum ketahuan,
tetapi kalau berkali-kali akan ketahuan juga, sedangkan rekan-rekan
perempuan lebih-lebih yang belum berkeluarga alias masih gadis/perawan
ketika berselingkuh sekali saja langsung dapat ketahuan, karena ada
kemungkinan yang bersangkutan hamil atau paling tidak secara phisik
telah jebol selaput daranya. Marilah kita saling menjaga ketulusan hati
kita dalam hal seksual.
"Dengan
perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk
menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.
Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi
milik Kristus." (Rm 1:5-6)
Sebagai
orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita adalah milik Yesus
Kristus, maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan
kehendak atau perintahNya atau menghayati sabda-sabdaNya sebagaimana
disharingkan oleh para penulis Kitab Suci. Kita juga dipanggil sebagai
rasul atau utusan, yaitu 'menuntun semua bangsa' untuk
berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Sang Penyelamat Dunia yang kita
nantikan adalah Penyelamat semua bangsa, membawa damai sejahtera bagi
semua orang yang berkehendak baik, maka marilah kita mempersiapkan diri
dengan mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga kita layak menjadi
'milik Yesus Kristus'.
"Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan."
(Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma, kepada kita
semua umat beriman. Ingat dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan
Tuhan, dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini
karena kasih Tuhan. Masing-masing dari kita diciptakan oleh Tuhan
bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dan
kiranya kasih mereka pun dihayati sebagai anugerah Tuhan juga. Karena
hidup adalah milik Tuhan yang dianugerahkan kepada kita, maka segala
sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah
anugerah Tuhan. Dengan kata lain sebagai 'milik Tuhan/Yesus Kristus'
kita dipanggil hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih
serta rendah hati.
Kerendahan hati juga dihayati oleh Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya, karena "Kristus
Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib" (Fil 2:5-8). Apa yang kita miliki atau kuasai sampai saat ini marilah kita 'kosongkan', artinya
kita fungsikan atau gunakan sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain
secara konkret kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang sosial, tidak
egois. Sosial berasal dari kata bahasa Latin 'socius' berarti teman atau
sahabat, maka semakin memiliki aneka macam anugerah Tuhan diharapkan
semakin banyak sahabat atau teman. Semakin kaya, semakin pandai/cerdas,
semakin berkedudukan, semakin berpengalaman, semakin tua/tambah usia,
hendaknya semakin rendah hati, bersyukur dan berterima kasih. Ingat
pepatah "tua-tua keladi atau bulir padi semakin tua/berisi semakin menunduk'.
"
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang
diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan
menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas
gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"
"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan
dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang
akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang
menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.