"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"
Mg Adven III : Yes 35:1-6a.10; Yak 5:7-10; Mat 11:2-11
Kedatangan
seorang tokoh besar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara
maupun beragama pada umumnya sungguh ditunggu-tunggu oleh banyak orang,
seperti kedatangan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bulan lalu
yang sempat tertunda-tunda akhirnya datang, meskipun tidak lebih dari 24
jam atau satu hari. Apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh Barack
Obama jika datang di Indonesia sangat ditunggu-tunggu, apalagi oleh
rekannya di masa kecil maupun mantan gurunya. Apa yang dikatakan dan
dilakukan oleh seorang tokoh besar pada umumnya mempengaruhi cara hidup
dan cara bertindak pada pendengarnya. Dalam Warta Gembira hari ini
dikisahkan perihal kedatangan Penyelamat Dunia, antara lain Yohanes
Pembaptis, yang berada di penjara mengutus murid-muridnya untuk
menanyakan apakah orang yang telah banyak berbuat baik bagi banyak
orang, sehingga cukup banyak orang terpesona dan tertarik, adalah
Penyelamat Dunia yang dinantikan. "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Mat
11: 3). Menanggapi pertanyaan ini Yesus pun menjawab dengan ajakan
mereka melihat dan mendengarkan apa yang Ia kerjakan dan katakan, maka
baiklah saya mengajak anda sekalian untuk melihat dan mendengarkan apa
yang akan dikerjakan dan dikatakan oleh Penyelamat Dunia, yang kita
nantikan kedatanganNya. Marilah kita renungkan atau refleksikan.
"Orang
buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang
tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
diberitakan kabar baik."
(Mat 11:5)
Sang Penyelamat Dunia, yang kita tunggu-tunggu kedatanganNya antara lain akan membuka
mata orang buta, membuat orang lumpuh berjalan, menyembuhkan orang
sakit, membuka telinga orang agar dapat mendengarkan dengan baik,
membangkitkan yang mati dan memberikan apa yang baik bagi mereka yang
miskin dan berkekurangan. Alangkah baik dan indahnya jika yang
menantikan kedatanganNya pada saat ini juga melakukan apa yang akan
dilakukan oleh Penyelamat Dunia, maka marilah kita mawas diri sejauh
mana kita telah melakukannya dan jika telah melakukannya marilah kita
perdalam atau tingkatkan:
· Membuka mata orang buta. Apa
yang dimaksudkan dengan 'buta' disini kiranya tidak hanya secara
phisik, namun lebih-lebih atau terutama secara spiritual. Buta secara
spiritual yang kami maksudkan adalah orang yang bersikap mental
materialistis atau duniawi, yang gila akan harta benda/uang,
jabatan/kedudukan/pangkat dan kehormatan duniawi. Mereka hanya
berorientasi pada apa yang kelihatan dan tidak percaya kepada apa yang
tak dapat dilihat dengan mata phisik ini. Baiklah mereka yang bersikap
mental materialisitis atau duniawi ini kita ingatkan dan ajak untuk
mengimani atau menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup
sehari-hari dalam semua ciptaanNya di bumi ini, terutama dalam diri
manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kita
ingatkan ajak untuk menghayati bahwa hidup serta segala sesuatu yang
kita miliki, kuasai atau nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan,
dan tanpa Tuhan kita tidak dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana
adanya saat ini.
· Membuat orang lumpuh berjalan. Marilah
'lumpuh' disini juga kita fahami secara spiritual, yang antara lain
berarti orang yang 'mandheg/berhenti di tempat' alias bersikap mental
'quitter', tidak sampai 'camper' apalagi 'climber'. Kita ajak dan dorong
mereka untuk berusaha bersikap mental 'ongoing education/formation',
belajar sepanjang hayat. Untuk itu berarti orang harus memiliki sikap
terbuka terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh
berkembang terus menerus sampai mati.
· Menyembuhkan orang sakit. Marilah
kita fahami 'sakit' disini lebih-lebih sakit hati atau sakit jiwa.
Ciri-ciri orang sakit hati pada umumnya memiliki banyak musuh, mudah
ngambek, dan tertutup; ia tidak menyadari kelemahan dan kerapuhan
dirinya, mudah tersinggung dst..Sedangkan orang sakit jiwa pada umumnya mudah
marah-marah dan pada suatu saat ketika tidak kuat marah lagi menjadi
sinthing alias gila. Menyembuhkan orang sakit hati dan sakit jiwa antara
lain pertama-tama kita ajak untuk menghayati diri sebagai yang lemah,
rapuh dan berdosa, dan kemudian mohon kasih pengampunan Tuhan, sehingga
ia menjadi orang beriman sejati, yaitu menyadari diri sebagai pendosa
yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk mewartakan kabar baik.
· Membuka telinga orang tuli. Tuli
secara spiritual berarti menutup diri; yang bersangkutan tidak mau tahu
atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungan hidupnya, dengan kata
lain yang bersangkutan kurang lebih bersifat egois, yang penting dan
utama saya selamat, sedangkan orang lain terserah, begitulah sikapnya.
Orang yang bersikap mental demikian kita ingatkan dan ajak untuk
menyadari dan menghayati bahwa dirinya dapat hidup dan berkembang
sebagaimana adanya saat ini tak terlepas dari kebaikan dan kemurahan
hati Tuhan melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya.
Kiranya yang bersangkutan tak mungkin menghitung berapa orang yang telah
berbuat baik kepadanya. Maka kita ajak orang yang bersangkutan untuk
terbuka dan dengan rela serta tulus hati berkorban bagi keselamatan atau
kebahagiaan sesamanya.
· Membangkitkan yang loyo, frustrasi atau lesu Harapan
itulah yang kita tawarkan kepada mereka yang loyo, frustrasi atau lesu,
sesuai dengan semangat adven. Kita ingatkan mereka , sekiranya kurang
diperhatikan oleh orang lain yang kemudian membuat dirinya frustrasi,
loyo atau lesu, bahwa Tuhan tak pernah melupakan ciptaanNya, terutama
manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.
· Membawa kabar baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Secara
phisik apa yang baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan adalah
harta benda atau uang, maka baiklah kepada mereka kita sumbangkan
sebagian harta benda atau uang kita. Namun yang cukup sulit adalah
membawa kabar baik bagi mereka yang miskin secara spiritual. Orang
seperti Gayus, yang memanipulasi pajak, adalah contoh orang yang miskin
secara spiritual. Pendekatan secara phisik atau tatap muka
mungkin sulit untuk menyadarkan atau menginsyafkan orang seperti Gayus,
maka baiklah kita dekati juga secara spiritual, artinya kita doakan.
Marilah di masa adven ini kita tingkatkan hidup doa kita.
Melaksanakan
hal-hal tersebut di atas kiranya butuh kesabaran, maka baiklah kita
renungkan sapaan atau peringatan Yakobus di bawah ini.
"Karena
itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan!
Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia
sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu
juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan
sudah dekat! (Yak 5:7-8)
"Sabar
adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula
dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi
Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka –
Jakarta 1997, hal 24). Kesabaran rasanya sungguh mendesak dan up to date untuk
kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan banyak orang
tidak sabar, misalnya di jalanan, muda-mudi yang terjebak pergaualan
seks bebas, dst.. Hendaknya kesabaran dibiasakan pada anak-anak sedini
mungkin di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para
orangtua/bapak-ibu.
Berbahagialah
orang yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang
memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan
orang-orang yang terkurung,TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN
menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar.
TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya
kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk
selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya" (Mzm 146:7-10)
http://renunganimankatolik.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.